Dear All,
Sekarang coba saya ajak Anda untuk menyimak, bagaimana sih cara kita dalam mempersepsikan waktu? Saya pernah baca sepotong omongan Benjamin Franklin tentang waktu. Dia bilang bahwa waktu itu merupakan bahan yang membentuk kehidupan. Ini memang bisa dibenarkan adanya.
Di dalam kehidupan kita ini, secara sadar atau tidak...pastilah kita selalu memperhatikan waktu. Tidak peduli, apakah Anda bekerja mulai pagi dini hari, sampai berakhir sore hari, ataukah Anda baru berangkat kerja dari pukul 8 pagi sampai pukul 5 sore baru pulang, atau bahkan sampai tengah malam baru sampai rumah. Tidak peduli juga, apakah Anda punya jadwal padat, janji dengan klien, ataukah jadwal Anda sedang kosong.
Dan tidak peduli, apakah Anda pegawai, manajer, direktur atau bahkan owner perusahaan... pastilah Anda sangat terbiasa untuk melirik berkali-kali ke "jam tangan" Anda, atau ke "jam dinding" atau bahkan juga bertanya kepada orang lain di dekat Anda, "sekarang jam berapa ya?" Nah, apapun yang Anda kerjakan, maka Anda akan bereaksi dengan "cara khas", dan mungkin berbeda dengan orang di sekitar Anda. Inilah "persepsi tentang waktu", yang setiap orang bisa saja berbeda.
Oleh karena itu, "irama waktu individual" Anda sangat mencerminkan bagaimana "bahan kehidupan" yang membentuk Anda, mungkin ini yang dimaksudkan oleh Benjamin Franklin. Perbedaan individual dalam mempersepsikan waktu, dapat memainkan peran kritis dalam KEMAMPUAN atau KETIDAKMAMPUAN Anda untuk berhubungan dengan orang lain.
Di dalam diri kita, ada perasaan naluriah tentang arti waktu itu bagi kita; tetapi ada kemungkinan kita tidak menyadari, bahwa orang lain mungkin merasakan waktu dengan cara lain lagi. Sebagai contoh: Apakah Anda selalu datang tepat waktu dalam suatu janji pertemuan? Ataukah Anda selalu datang terlambat secara kronis? Apakah Anda siap berhadapan dengan seseorang yang berbicara cepat, dan sulit sekali mendengarkan orang lain? Ataukah Anda mudah terusik dengan partner kerja yang selalu saja punya banyak alasan "ini dan itu"?
Nah, sesungguhnya hal-hal yang saya contohkan tadi itu merupakan bukti adanya keragaman persepsi waktu secara indiviual sifatnya. Perlu juga dipahami oleh Anda, bahwa hanya sedikit orang yang dapat menentukan waktu dengan memuaskan, baik bagi dirinya maupun orang lain. Keragaman "persepsi waktu individual" inilah, yang seringkali menyebabkan KONFRONTASI manusia yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Oleh karena itu, adalah sangat penting untuk dapat mengerti perasaan sendiri tentang waktu, dan juga perasaan waktu rekan Anda, maka dengan demikian Anda bisa menjadi sosok manusia yang lebih efektif!
Lebih dalam lagi menurut saya, bagaimana sebenarnya Anda mempersepsikan waktu Anda, maka itu bisa menunjukkan bagaimana Anda akan memperoleh peluang-peluang keberhasilan dalam kehidupan Anda. Cobalah Anda perhatikan dengan baik di lingkungan sekitar Anda, bahkan beberapa persepsi waktu juga bisa mengakibatkan gejala-gejala dari masalah kesehatan dan emosional seseorang.
Pentingnya KESADARAN PERSEPSI WAKTU dari Anda, pasangan hidup Anda, para pegawai Anda, rekan kerja Anda, maupun partner bisnis Anda itu merupakan hal yang harus diupayakan secara terus menerus... karena hal tersebut sangat penting untuk MENINGKATKAN EFISIENSI & EFEKTIVITAS, dan MENURUNKAN KETEGANGAN SYARAF.
Jika Anda sudah bisa MENGHUBUNGKAN konsep waktu Anda dengan konsep waktu dari mereka yang ada di sekeliling Anda; maka Anda akan lebih mudah untuk memadukan berbagai langkah untuk bisa "merangkul" semua pihak, agar dapat bekerjasama secara lebih baik dengan Anda. Dan Anda telah menjadi sosok manusia yang efektif secara optimal!
Selamat mencoba mempersepsikan waktu Anda secara lebih baik, efisien dan efektif; sehingga itu bisa bermanfaat bagi kehidupan Anda secara optimal.
To be continue......
Salam Luar Biasa Prima!
Wuryanano
2 comments:
Betul pak...
waktu adalah pedang, jika kamu tidak menggunakannya maka ia akan menusukmu..
salam funtastic.
Rahman Ihsan.
(abinummi@gmail.com)
Dear Pak Nano,
Boleh ikutan ngobrolin soal persepsi waktu ini ya.
Menurut saya, persepsi thd waktu ini sifatnya sangat relatif. Tidak
hanya berbeda dari orang ke orang, tapi juga berbeda dari budaya ke
budaya. Dalam masyarakat industri yang sudah maju, rentang waktu sudah sangat pendek, waktu diukur secara cermat, bahkan diberi nilai sebagai mana halnya uang. Efeknya mereka selalu tergesa-gesa, jalan kaki saja setengah berlari bahkan ngobrol dengan tetangga dianggap sebagai sebuah kegiatan atas kesia-siaan waktu.
Berbeda dengan masyarakat agraris ( seperti Indonesia ) yang melihat
rentang waktu dalam hitungan musim. Setiap kegiatan di lakukan atas konsep " semua ada musimnya ". Menyemai benih ada musimnya, menyiangi tanaman ada musimnya dan panen ada pula musimnya. Kalau dalam kerangka
persepsi waktu negara maju, kita-kita ini bergerak seperti keong.
Saya pikir kebiasaan "ngaret" dalam budaya Indonesia itu turun dari DNA nenek moyang kita yang agraris itu.
Dan kita sendiri juga tidak pernah konsisten dalam mempersepsikan
waktu. Dalam sebuah kegiatan yang tidak menarik, seperti nonton talk
show yang tidak merangsang sel-sel otak, waktu terasa begitu panjang
dan menyiksa. Tapi coba bayangkan waktu pacaran dulu, rasanya baru
ketemu, tapi sudah harus berpisah lagi karena hari sdh malam.
Pak Nano suka nonton film Start Trek kah? Untuk saya, sekalipun sudah kuno, film ini tidak pernah kehilangan daya tarik. Ingat kan kendaraan mereka dalam berpindah ruang dan dimensi? Dalam persepsi kewaktuan kita sekarang, rasanya sangat mustahil mebayangkan berpindah tempat dari masa sekarang untuk loncat ke masa 1000 tahun ke muka atau ke belakang atau melajukan pesawat dalam kecepatan cahaya. Tapi dalam
persepsi waktu-nya Star Trek semuanya bisa saja tuh. Dan saya yakin teknologi yang sekarang nampaknya impossible, hanya perkara waktu menjadi possible.
Salam,
-- Evi
http://gula-aren.blogspot.com
Post a Comment