Selamat Datang di Blog WURYANANO

Silakan Anda membaca Artikel di Blog ini dengan rileks, tidak perlu terburu-buru. Banyak Artikel menarik dan bermanfaat buat peningkatan kualitas hidup Anda.

Silakan Anda menuliskan komentar atau pendapat di masing-masing Artikel yang telah Anda baca. Pendapat Anda akan semakin menambah perspektif bagi kita semua.

Terima kasih atas kunjungan Anda di Blog Saya ini. Terima kasih sudah mau berbagi lewat komentar atau pendapat Anda di sini.


NOTES:

Blogspot Saya ini SUDAH TIDAK AKTIF sejak 5 Desember 2012. Tulisan Saya tentang Berita Kampus SWASTIKA PRIMA Entrepreneur College menerima Kunjungan dari Kementerian Pendidikan Malaysia adalah sebagai penutup untuk Blogspot ini. Untuk membaca TULISAN Saya, Anda dapat mengunjungi Blog Saya di PORTAL BISNIS INDONESIA.

Tuesday, April 29, 2008

PLACEBO Entrepreneur? Apakah itu?


Dear All,


Melanjutkan tulisan-tulisan saya tentang entrepreneurship dengan segala mitos nya, maka kali ini saya ingin mengajak Anda untuk melihat "fenomena entrepreneur" yang menarik juga untuk diamati. Fenomena entrepreneur ini saya sebut saja sebagai PLACEBO ENTREPRENEUR. Istilah "Placebo Entrepreneur" ini memang istilah karangan saya saja, tetapi ini sangat berkaitan dengan semakin maraknya semangat entrepreneurship di negeri ini.


Anda tentu pernah mendengar atau membaca tentang istilah "Placebo" bukan? Ya, ini sebuah istilah berawal dari kisah seorang dokter yang kehabisan obat, kemudian dia memberikan "obat palsu" yang hanya berupa "gula-gula" kepada si pasien, dan sang dokter memberikan keyakinan dan motivasi, bahwa "obat palsu" dari dokter itu sangat ampuh bisa cepat menyembuhkan penyakit si pasien. Sehingga si pasien bisa sembuh dari penyakitnya, dengan hanya meminum "obat palsu" tersebut. Nah, inilah yang disebut dengan "Placebo Effect" yang memberikan arti sebagai sebuah efek yang menguatkan motivasi diri si pasien untuk cepat sembuh dari penyakit nya.


Sebagai seorang entrepreneur, saya juga melihat bahwa "Placebo Effect" ini juga terjadi di dunia entrepreneurship negeri ini...mungkin juga di negeri lainnya. Adanya efek atau dampak semacam "Placebo" ini saya pikir akibat dari begitu marak nya seminar maupun workshop tentang entrepreneurship yang diselenggarakan pada masa sekarang ini.


Yaa, memang efek placebo ini adalah efek positif yang membangun motivasi diri untuk menjadi lebih baik dan lebih berkualitas dalam menjalani kehidupan sebagai seorang entrepreneur. efek placebo akan sangat membantu seseorang untuk tetap optimis, bahkan semakin percaya diri, semakin percaya kemampuan dirinya untuk bisa menjadi entrepreneur sukses.


Adanya berbagai testimonial atau kesaksian sukses di berbagai seminar dan workshop entrepreneurship, semakin menguatkan efek placebo ini di dalam diri para peserta. Hal ini juga menguatkan diri seseorang untuk bisa menjadi entrepreneur sukses, menjadi seperti seseorang yang telah memberikan testimonial sukses itu. Tentu saja ini sesuatu hal baik sekali, karena efek placebo ini membuat seseorang sangat yakin akan meraih kesuksesan...seperti kisah si pasien yang yakin cepat sembuh tersebut di atas.


Sebagaimana tulisan saya sebelumnya, bahwa ternyata ada saja TESTIMONIAL PALSU di dalam suatu seminar atau workshop entrepreneurship, yang mungkin tujuannya adalah untuk memotivasi peserta agar bersemangat menjadi entrerpeneur dan bisa sukses...tetap saja menurut saya TIDAK BISA DIMAKLUMI...meskipun tujuannya mungkin untuk motivasi.


ADA BEDA PRINSIP MENDASAR, antara OBAT PALSU dari dokter pada kisah di atas, dan TESTIMONIAL PALSU yang diberikan seseorang di panggung seminar atau workshop. Anda tahu perbedaan mendasarnya? Ok, saya mencoba menguraikannya agar mudah dimengerti.


OBAT PALSU:


  • Pasien sudah mengenal betul, siapa Dokter yang didatanginya untuk mendapatkan obat bagi kesembuhan penyakitnya. Tentu saja, dengan berbekal keyakinan dia pada Dokter tersebut, yang sudah dikenal kehebatannya dalam menyembuhkan penyakit, maka si Pasien juga sangat yakin bahwa apapun yang diberikan sang Dokter pasti bisa menyembuhkan penyakitnya. Karena "track record" kehandalan sang Dokter sudah dia ketahui. Oleh karena itu, meskipun yang diberikan sang Dokter adalah "obat palsu" maka si Pasien tetap saja yakin bahwa itu bisa menyembuhkan dirinya dari penyakitnya. Dan, si Pasien sembuh.


TESTIMONIAL PALSU:


  • Peserta seminar atau workshop entrepreneurship, mungkin pada awalnya tidak mengetahui secara jelas, bagaimana sebenarnya si pemberi testimonial. Pada awalnya, mungkin saja takjub dan ikut bersemangat setelah mendengar kesaksian atau testimonial sukses dari seseorang itu. Tetapi, pada saatnya...peserta akan mencari tahu, siapa sesungguhnya sang pemberi testimonial sukses itu. Bagaimana aslinya "track record" sukses dari sang pemberi testimonial tersebut. Saya percaya, sangat mudah saja untuk mengungkap jati diri sebenarnya sang pemberi testimonial sukses itu. Dan, jika si peserta seminar atau workshop ini akhirnya mengetahui aslinya sang pemberi testimonial sukses...yang ternyata hanyalah testimonial palsu, maka Anda pasti bisa menduga akibatnya bukan? Yaa, tentu saja berakibat kekecewaan diri si peserta, karena ternyata testimonial itu bukanlah yang sesungguhnya...alias PALSU. Sehingga efek placebo yang diharapkan muncul dari para peserta menjadi hilang...dan...digantikan dengan efek yang saya sebut sebagai ANTI PLACEBO. Yaa, "anti placebo effect" akan berakibat kebalikan 180 derajat dibandingkan dengan "placebo effect"...sangat bertolak belakang!



So what?


Kembali ke topik utama, PLACEBO ENTREPRENEUR, adalah seseorang yang sangat yakin akan sukses seperti kesaksian atau testimonial sukses yang benar-benar asli dan jujur apa adanya, yang diberikan oleh seorang entrepreneur sejati. Meskipun bisnis sang entrepreneur ini masih sangat kecil, tergolong bisnis mikro...itu justru bisa menimbulkan efek placebo yang luar biasa prima! Seseorang justru akan semakin termotivasi dan terpacu untuk semakin berkembang dalam bisnisnya, berdasarkan kisah sukses sejati yang sesungguhnya, dari mulut seorang entrepreneur sejati. Dan, menjadikan dirinya sebagai Placebo Entrepreneur.


Tetapi sebaliknya, jika seseorang mendengarkan kisah sukses yang hanya bersifat memotivasi, tetapi tidak benar secara keseluruhannya...karena hanya testimonial palsu, apalagi ada tujuan "narsisme" di dalamnya, maka itu juga akan diketahui aslinya dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Ini bisa berakibat kekecewaan bagi yang mendengarkan kisah sukses palsu ini.


Dan, dampak atau efeknya jelas berkebalikan 180 derajat, bukannya para peserta bisa menjadi sosok entrepreneur sejati yang semangat meraih sukses...melainkan mereka justru tidak berani dan tidak percaya diri, akibat mengetahui bahwa sang pemberi testimonial ternyata bukan memberikan testimonial yang sebenarnya...alias memberikan testimonial palsu! Dan, mereka ini saya sebut saja sebagai ANTI PLACEBO ENTREPRENEUR...yaitu seorang entrepreneur yang mengalami "Demotivation" akibat testimonial palsu tersebut.


Dibutuhkan kebijaksanaan bagi setiap penyelenggaraan seminar, training atau workshop entrepreneurship untuk selalu memberikan yang terbaik berupa testimonial sukses asli BUKAN testimonial sukses palsu...meskipun beralasan untuk memotivasi, TETAP TIDAK BISA DIMAKLUMI jika testimonial sukses tersebut palsu adanya.


Anda ingin berperan serta dalam menggerakkan semangat entrepreneurship, dan membangkitkan para calon entrepreneur untuk terus berkarya dan berkembang secara positif, maka lakukanlah dan berikanlah segala hal yang sesungguhnya dan sebenarnya, bukan yang palsu...sehingga akan semakin memberikan "Placebo Effect" bagi para calon entrepreneur ini, sehingga mereka bisa semakin bersemangat untuk berkembang dan bertumbuh...selayaknya PLACEBO ENTREPRENEUR.



Salam Luar Biasa Prima!

Wuryanano

Sunday, April 27, 2008

MITOS Tentang ENTREPRENEUR Lainnya...


Dear All,


Semakin maraknya semangat entrepreneurship di negeri ini, sungguh sangat membanggakan. Berbagai macam seminar dan workshop mengenai cara-cara memulai dan mengembangkan suatu usaha sudah begitu banyak diselenggarakan. Animo masyarakat untuk mengikuti seminar dan workshop entrepreneurship, patut diacungi dua jempol tangan, sungguh menggembirakan.


Sebagai seorang entrepreneur, saya juga sering terlibat di seminar maupun workshop tentang entrepreneurship, yang saya selenggarakan sendiri, maupun yang diselenggarakan oleh institusi lain, baik institusi bisnis maupun lembaga pendidikan. Sungguh sangat menyenangkan, saya bisa ikut memberikan motivasi, wawasan dan kiat-kiat memulai sebuah bisnis mandiri.


Dalam berbagai seminar dan workshop, yang saya terlibat di dalamnya, ada satu hal menjadi perhatian saya tentang dunia entrepreneurship ini. Sebagian peserta selalu memberikan asumsi bahwa seorang entrepreneur itu adalah seorang yang mudah mencari uang dan kekayaan lainnya. Entrepreneur merupakan sosok manusia yang bisa bebas menggunakan waktunya, tanpa khawatir kehabisan uangnya. Enak ya jadi seorang entrepreneur, begitu kata mereka.


Asumsi mereka sesungguhnya benar adanya, memang enak menjadi entrepreneur. Akan tetapi, dalam pembicaraan selanjutnya timbul kesan pada diri mereka, yang menganggap bahwa seorang entrepreneur bisa dengan mudah begitu saja memperoleh kesuksesan dalam bisnisnya. Entrepreneur bisa melajukan bisnisnya secara lancar tanpa hambatan berarti. Singkatnya, menjadi seorang entrepreneur bisa saja secara INSTAN...langsung sukses! Dan, dengan cepat bisa meraih milyaran rupiah. Begitu kesan yang mereka sampaikan ke saya.


Saya mencoba memaklumi mereka tentang kesan entrepreneur instan ini, dengan menanyakan penyebab bisa memunculkan kesan instan tersebut. Mereka memberikan jawaban beragam berkaitan dengan proses instan seorang entrepreneur ini.


Sebagian dari mereka menerangkan pernah hadir di seminar dan ada testimonial atau kesaksian seorang entrepreneur muda, yang mengatakan bahwa dia memulai bisnisnya tanpa modal uang sama sekali, alias modal dengkul, dan bisnisnya jalan lancar sangat menguntungkan menghasilkan uang. Ada juga kesaksian tentang mengawali bisnisnya dengan cara membeli property seperti Ruko, Rukan atau Rumah bahkan Apartemen, juga tanpa modal uang sama sekali, bahkan dia malah dapat uang, nggak keluar uang tapi malah dapat uang. Bahkan kesaksian tentang sukses bisnis property ini sudah semakin bombastis belakangan ini.


Saya katakan kepada peserta seminar dan workshop entrepreneurship, memang mungkin saja benar kesaksian tersebut. Tetapi, saya ingatkan bahwa kesaksian tersebut saya yakin tidaklah mengungkap hal sebenarnya...di dalam prosesnya. Selalu ada yang ditutupi oleh para pemberi testimonial sukses tersebut. Mereka cenderung memberikan testimonial yang tidak sebenarnya, yang bukan kondisi proses sesungguhnya. Mereka lebih memberikan kesaksian hasil akhir saja. Para pemberi testimonial sukses ini ingin dilihat sebagai orang yang benar-benar sukses tanpa modal uang, supaya memberikan kesan WAH HEBAT... kepada peserta seminar atau workshop.


Tentu saja para peserta seminar atau workshop entrepreneurship, akan takjub dengan berbagai testimonial sukses itu, karena peserta jelas tidak tahu hal sebenarnya, bukan? Dan saya juga sangat menyayangkan, para pembicara atau trainer tentang entrepreneurship, yang memberikan contoh testimonial sukses secara TIDAK LENGKAP. Bagi saya, testimonial sukses yang dikisahkan secara tidak lengkap seperti itu, saya sebut sebagai TESTIMONIAL PALSU.


TESTIMONIAL PALSU semacam itu sangat bisa menyesatkan pikiran para calon entrepreneur, bahkan bisa membuat calon entrepreneur menjadi gampang stress. Bagaimana tidak? Testimonial palsu dari para entrepreneur pemula, yang mengatakan bahwa dia bisa tanpa modal uang sama sekali bisa berbisnis dengan hasil selalu menguntungkan, akan sangat menyesatkan calon entrepreneur, karena alasan berbisnis awal tanpa modal uang dan bisa sukses ini tidak pernah diceritakan secara lengkap.


Latar belakang si entrepreneur pemula tanpa modal uang inipun seringkali ditutupinya. Lebih sering dikatakan dia hanya berasal dari keluarga miskin-papa. Tidak pernah dikisahkan secara lengkap, bagaimana kok dia sampai dipercaya orang lain sehingga orang lain tersebut menyerahkan modal uangnya kepada dia. Siapa dibalik itu yang mendukungnya agar orang lain juga percaya kepadanya...juga tidak pernah disebutkan, mengingat dia kan barusan jadi entrepreneur...belum punya 'track record' positif dalam dunia bisnis.


TESTIMONIAL PALSU lainnya adalah tentang bisnis property seorang entrepreneur pemula, yang tanpa modal uang sama sekali, tetapi dia malah dapat uang dari hasil membeli property tanpa uang itu. Kisah ini sering ditampilkan dalam berbagai versi dengan beragam orangnya.


Intinya adalah, si entrepreneur pemula ini, yang bahkan namanya saja tidak pernah dikenal oleh dunia perbankan, begitu mudahnya memperoleh kredit dari Bank, untuk membayar property yang dibelinya, dan dia membayar angsurannya dari hasil pemasukan property nya tersebut. Jadi dia tidak pernah keluar uang sepeserpun untuk membayar angsurannya di Bank.


Inipun tidak pernah dikisahkan secara lengkap, siapa saja yang terlibat dalam proses pembelian property sampai cairnya kredit Bank; mengingat si entrepreneur pemula belum pernah dikenal namanya di dunia perbankan, yang tentu saja tidak mungkin Bank begitu saja mempercayai dia dengan mengucurkan kredit uang. Juga tidak pernah disinggung proses 'appraisal' property nya. Pokoknya hanya dikisahkan, jika mereka mengikuti cara-caranya, maka akan menuai sukses juga...dan banyak orang akhirnya menjadi kecewa!


Hal-hal semacam itulah yang sangat saya sayangkan. Memang boleh saja bermaksud untuk memotivasi semangat kewirausahaan para peserta seminar atau workshop. Tetapi jika mereka selalu memberikan testimonial palsu seperti tersebut tadi, akan sangat menyesatkan pikiran dan kejiwaan orang lain, yang belum paham betul, apa dan bagaimana sebenarnya dunia entrepreneurship itu.


Menjadi entrepreneur tanpa perlu menjalani proses belajar secara berkesinambungan, alias bisa secara instan bisa langsung sukses besar...itu adalah MITOS yang harus diwaspadai. Karena untuk menjadi seorang entrepreneur sejati itu diperlukan suatu proses yang berlandaskan kecakapan, ketrampilan, ilmu pengetahuan, latihan, disamping juga keberanian...secara berkesinambungan.



Salam Luar Biasa Prima!

Wuryanano

Friday, April 18, 2008

MITOS Tentang ENTREPRENEUR...


Dear All,


ENTREPRENEUR... atau WIRAUSAHAWAN sudah menjadi istilah yang sangat populer di negeri ini. Berbagai kalangan begitu bersemangat mendengung-dengungkan tentang pentingnya menciptakan Wirausahawan ini. Definisi yang paling umum tentang Wirausahawan atau Entrepreneur adalah 'Orang yang berbisnis sendiri, orang yang memiliki usaha sendiri'.


Seorang Entrepreneur juga diartikan sebagai orang yang kreatif, penuh semangat, dan pemberani. Dan salah satu motivasinya yang paling kuat adalah 'ketidaktergantungan' yang mengartikan tidak ingin diperintah untuk mengerjakan sesuatu oleh orang lain. Entrepreneur adalah orang yang menciptakan AKSI...yang memiliki gagasannya sendiri dan sangat setia mengikuti gagasannya tersebut.


Jika Entrepreneur sudah mendirikan perusahaannya sendiri, maka perusahaannya tersebut merupakan proyeksi dari dirinya sendiri, dan sebuah bentuk pengungkapan jati diri. Beberapa dari mereka ini mengawalinya dari kecil, dan ada yang tetap saja kecil tidak pernah berkembang dan bertumbuh.


Kemungkinan Entrepreneur yang tetap saja kecil ini, lebih mengutamakan kebebasan dirinya saja, daripada prestasi entrepreneurship nya. Mereka ini umumnya tidak memiliki ambisi dan keberanian mengambil resiko, juga tidak memiliki jaringan bisnis, karena tidak mau berupaya ke sana. Bagi mereka, yang penting adalah mereka sudah bisa bebas berkehendak sesuai kemauannya sendiri, dan tidak diperintah oleh orang lain. Oleh karena itu, seringkali hasil yang diperolehnya dari bisnis sendiri ini jauh lebih kecil dibandingkan gajinya saat dia bekerja di perusahaan milik orang lain.


Tetapi bagi Entrepreneur yang mau membangun dan mengembangkan jaringan bisnisnya, berani mengambil resiko, yang tidak mudah dilumpuhkan oleh kemunduran dan kekacauan dalam perjalanan bisnisnya, maka mereka ini akan cepat sekali membesarkan usahanya.


Meskipun demikian ada satu kesamaan yang saya lihat diantara keduanya, baik entrepreneur yang tetap kecil semenjak muncul, maupun yang cepat membesar bisnisnya, yaitu mereka semuanya memiliki hasrat yang sama: MENGAWASI. Yaa, mereka lebih senang memilih untuk menjadi pengawas orang lain, mengawasi bisnis dan para pegawainya, daripada mereka yang diawasi oleh orang lain di tempatnya bekerja meskipun itu sebuah perusahaan besar.


Mereka yang sudah memiliki 'jiwa entrepreneur' ini memang tidak pernah merasa nyaman, jika mereka bekerja selamanya untuk orang lain, meskipun berada di dalam sebuah organisasi besar tetapi itu kan dikelola oleh orang lain.


Berbagai komunitas wirausaha muncul dan tumbuh bak jamur di musim hujan, menghelat bermacam pelatihan tentang bagaimana menjadi seorang Wirausahawan, menjadi seorang Entrepreneur sejati. Ini mungkin bisa saja dimaklumi, sepanjang komunitas ini benar-benar berisi para Wirausahawan atau Entrepreneur sejati di dalamnya. Sehingga jika komunitas ini menyelenggarakan berbagai pelatihan untuk menjadi seorang Entrepreneur, maka itu bisa diharapkan benar-benar berhasil mendidik para peserta calon entrepreneur itu.


Namun, sekarang ini inisiatif untuk menyelenggarakan pendidikan kewirausahaan ini sudah menjadi sebuah asumsi di dalam masyarakat, bahwa "kewirausahaan itu dapat diajarkan" oleh para akademisi perguruan tinggi, apalagi mereka yang telah bergelar profesor, doktor atau master. Mungkin kalau dipandang dari kacamata mental positif, memang terlihat baik untuk menggerakkan pertumbuhan mental entrepreneurship.


Saya percaya, jika seorang profesor, doktor, atau master pasti mampu melakukan pengajaran dan pembelajaran tentang entrepreneurship kepada para peserta didiknya. Para akademisi ini pasti juga bisa melakukan sejumlah studi kasus sekaligus merancang teori antisipasinya. Saya percaya mereka bisa melakukannya dengan baik.


Tetapi, saya mempertanyakan satu hal saja, yaitu apakah para pengajar dari akademisi ini juga memiliki HASRAT OBSESI ENTREPRENEUR, yang mana hal ini menjadikannya sebuah DAYA KEHENDAK paling mendasar bagi seorang Entrepreneur sejati.


Nah, bagaimanakah seorang akademisi murni bisa memahami dan menyampaikan 'hasrat obsesi' yang menjadi 'daya kehendak' seorang Entrepreneur kepada peserta didik? Jelas TIDAK BISA. Karena mereka tidak pernah menjalani kehidupan seorang Entrepreneur secara langsung. Oleh sebab itu, argumentasi bahwa kita semua mampu menjadi Entrepreneur jika memasuki sekolah formal yang bagus dan mahal, menurut saya lebih cenderung sudah mengarah kepada MITOS.


Kenyataan bahwa para lulusan sekolah formal, yang mengajarkan 'entrepreneurship' tidak semuanya menjadi Entrepreneur bahkan banyak yang menjadi pengangguran elit, itu sudah cukup sebagai bukti bahwa 'semangat kewirausahaan' bisa dengan mudah diperkenalkan kepada semua orang adalah sebuah mitos. Mitos itu sebuah legenda yang tidak ada bukti kebenarannya.


'Semangat Kewirausahaan' atau 'Entrepreneur Spirit' hendaknya diperkenalkan dan diajarkan oleh mereka yang memang benar-benar sebagai pelaku bisnis, benar-benar seorang wirausahawan atau entrepreneur, dan bukan oleh seorang yang tidak pernah menjalani hidupnya sebagai seorang entrepreneur sejati. Karena di dalam entrepreneur spirit ini terdapat hasrat obsesi yang menjadi daya kehendak seorang entrepreneur untuk tetap semangat maju, yang hanya dimiliki oleh seorang entrepreneur sejati.



Salam Luar Biasa Prima!

Wuryanano

Monday, April 14, 2008

Menghindari KONFLIK = Memendam PERASAAN?...SALAH


Dear All,


Pernah kah Anda berada dalam situasi, ketika seseorang mengatakan sesuatu yang membuat Anda marah atau sangat terganggu? Tetapi Anda berpikir, bahwa meladeni orang tersebut tidaklah perlu, dan Anda diam saja sambil menarik nafas panjang saja serta secara tidak sadar juga menggeretakkan gigi Anda. Itu namanya Anda sedang MEMENDAM PERASAAN. Yaa, Anda berusaha memendam perasaan Anda sebenarnya, meskipun itu membuat dada, ulu hati dan lambung Anda terasa sesak...mau pecah saja layaknya...hehehe...


Kebanyakan orang menganggap sikap Anda itu merupakan cara terbaik untuk menghindari terjadinya konflik...agar semuanya baik-baik saja, menjaga situasi aman terkendali... hahaha, kok seperti mau lebaran aja ya. Menurut Anda, apakah menyimpan rasa marah, dongkol itu bisa menyelesaikan masalah Anda, konflik Anda? Tentu saja TIDAK. Mungkin itu hanya terkesan penyelesaian SEMU saja, karena tidak terjadi konflik pada saat itu.


Nah, apa yang akan terjadi pada Anda, jika suatu saat situasi semacam ini terus berkembang? Saya yakin, bahwa suatu saat perasaan sebenarnya akan mencuat keluar, jika Anda tidak merespons dan tetap terus memendam perasaan itu di dalam pikiran dan hati Anda. Dan, akibatnya bisa diduga, perasaan-perasaan itu akan muncul dalam kehidupan Anda berupa ketegangan, kekhawatiran, stres, sakit perut, pusing, sulit tidur, diare, nyeri punggung, sering kencing, makan berlebihan atau sebaliknya malas makan, bahkan bisa sampai menyebabkan depresi kejiwaan...atau hanya sekedar muncul bisulan atau jerawatan...hwekekekek... Yang jelas, jika Anda tetap memendam perasaan berkecamuk di dalam diri Anda sendiri, maka pasti akan muncul aneka gangguan fisik pada diri Anda.


Sebenarnya, Anda bisa saja menghentikan kebiasaan memendam perasaan semacam itu. Caranya adalah Anda harus berusaha merespons perasaan Anda itu. Maksudnya, Anda harus mau mengekspresikan apa yang Anda rasakan, kapan pun situasi itu terjadi. Ini tidak berarti bahwa Anda harus mengungkapkan dengan cara yang agresif dan terang-terangan; melainkan Anda bisa menyampaikannya dengan kata-kata langsung dan jelas dengan bijak, sehingga apa yang sebenarnya Anda rasakan bisa terungkap.


Sangat penting bagi Anda untuk bisa mengungkapkan semua perasaan yang telah Anda pendam. Mungkin ini bagi sebagian orang masih merupakan hal yang dianggap TABU dan terkesan konfrontatif. Inilah kehidupan saat ini. Anda akan mengetahui betapa sebenarnya mudah saja dalam menjalani kehidupan, jika Anda sanggup mengungkapkan perasaan-perasaan Anda. Anda jelas menjadi lebih sehat dan semangat karena Anda berhasil merespons perasaan Anda sendiri dengan sangat jujur...dan tidak tetap memendamnya.


Berkaitan dengan itu, maka semestinya Anda memberikan isyarat yang jelas dan langsung agar orang lain mengetahui bagaimana Anda ingin diperlakukan. Anda harus menentukan batasan-batasan yang jelas dalam hidup Anda, sehingga Anda memiliki pertahanan diri untuk mencegah orang lain mencampuri kehidupan pribadi Anda. Jika Anda tidak membuat batasan-batasan, maka nantinya Anda akan bingung sendiri bagaimana mengatur waktu dan berbagai aspek kehidupan Anda lainnya...termasuk Anda akan sulit mengatur keuangan Anda.


Anda perlu menyadari bahwa identitas diri Anda dibangun berdasarkan pilihan-pilihan Anda sendiri dengan menetapkan batasan-batasan Anda dengan lingkungan di luar Anda. Batasan yang telah Anda tentukan ini adalah titik wilayah orang lain berakhir dan wilayah kekuasaan Anda dimulai. Jadi batasan-batasan ini merupakan garis wilayah pribadi yang memisahkan diri kita dengan orang lain.


Jika orang tidak memiliki garis batas wilayah pribadinya, maka orang ini akan tidak bisa mengatakan TIDAK dalam segala hal. Akibatnya, orang lain akan bisa memanfaatkan dia selama 24 sehari dalam kondisi apa pun! Mungkin saja batin orang semacam ini menderita, tetapi mereka ini tetap tidak bisa berkata TIDAK, jika diminta untuk melakukan sesuatu.


Mereka yang tidak menentukan batasan wilayah pribadinya ini sering merasa benci kepada dirinya sendiri, karena menerima permintaaan orang lain, padahal mereka tidak memiliki waktu lagi. Mereka ini juga sering merasa bersalah, dan malu karena bersedia melakukan sesuatu yang sesungguhnya tidak bisa mereka tangani.


Oleh sebab itu, hal pertama yang harus Anda lakukan jika ingin menentukan batasan wilayah pribadi Anda adalah dengan menghentikan kebiasaan menerima terlalu banyak tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas-tugas, kewajiban, dan kebutuhan orang lain...karena memang setiap orang selalu mempunyai kebutuhan!


Jika ada orang meminta Anda untuk melakukan sesuatu, periksalah lebih dulu tingkat kesediaan Anda. Kalau Anda merasa tidak nyaman dan enggan melakukannya, maka katakan saja, "Terima kasih atas kepercayaannya, tetapi mohon maaf saya tidak bisa mendukungnya, saya sedang ada hal lainnya yang harus saya lakukan segera." Saya pikir dengan cara ini, orang lain akan memahami kebutuhan Anda, dan ini sebuah cara yang sopan menolak dengan halus, daripada Anda hanya berkata, "Tidak!" Setelah berkata menolak dengan sopan tadi, diamlah dengan tetap tersenyum. Jangan memberikan penjelasan lainnya. Kemudian lihatlah, orang yang minta bantuan Anda akan terlihat memaklumi keadaan Anda, dan bisa menerima keputusan Anda dengan baik.


Begitu pula sebaliknya. Kita juga harus mau dan sanggup mengatakan YA, pada situasi yang memungkinkan kita memberi kesempatan kepada orang lain untuk membantu kita. Coba amati sekitar Anda. Anda akan melihat contohnya, yaitu ada sebagian orang yang selalu bersedia membantu orang lain bahkan orang yang tidak dikenal sekalipun.


Tetapi giliran mereka membutuhkan pertolongan, eeh... mereka lebih memilih diam saja dengan beban pikiran penderitaannya, alias lebih suka menderita sendirian daripada meminta orang lain agar membantunya. Jika ditanya, "Adakah masalah?" Selalu dijawab, "Ah nggak kok, kami baik-baik saja." Padahal saat itu kondisinya sudah kritis sekali. Saya juga tidak tahu alasannya tidak minta bantuan orang lain. Apakah itu alasan gengsi, takut ditolak, atau khawatir menyusahkan orang lainnya?


Apa pun alasannya, maka mereka ini termasuk orang yang tidak bisa berkata YA. Jika Anda berada dalam posisi yang sebenarnya harus dibantu orang lain, tetapi karena alasan tertentu Anda tidak mau meminta pertolongan. Dan Anda lebih senang menangani permasalahan Anda dengan mengerjakannya sendiri saja; serta tidak mengizinkan orang lain membantu Anda, maka itu sebenarnya Anda telah MERAMPAS kesempatan dan kepuasan orang lain untuk terlibat dalam kegiatan membantu Anda.


Penting juga untuk Anda mengerti di sini, bahwa sesungguhnya ada banyak sekali kepuasan batin dalam hal memberi dan melayani kebutuhan orang lain yang benar-benar membutuhkan dukungan serta bantuan kita.



Salam Luar Biasa Prima!

Wuryanano

Friday, April 11, 2008

Pedoman Komunikasi...KISS = Keep It Simple, Sweetie


Dear All,


Dalam kehidupan bermasyarakat kita, kadang kita sering kehilangan kesempatan baik untuk berkomunikasi dengan tidak mengatakan pada orang lain, apa yang Anda inginkan atau butuhkan dari mereka. Kemungkinan besar ini disebabkan oleh budaya timur yang kita anut sejak kecil, budaya "ewuh-pekewuh" yang sudah dibiasakan mulai usia dini, budaya "sungkan" sejak di dalam kandungan ibu kita. Pada gilirannya, kebiasaan budaya ini menyebabkan gangguan komunikasi pada saat dewasa nanti.


Cobalah Anda cermati lingkungan sekitar kehidupan Anda, dalam konteks berkomunikasi. Apa yang bisa Anda dapatkan? Saya yakin, jika Anda sedikit cermat, maka Anda akan menemukan berbagai kebohongan dalam komunikasi. Kenapa orang sampai berbohong kepada yang lainnya? Saya juga percaya bahwa hal itu biasanya berawal dari rasa takut!


Sekarang jawablah pertanyaan saya ini: Apakah Anda takut, jika Anda mengatakan perasaan Anda yang sebenarnya, mereka akan meninggalkan Anda dan tidak menyukai Anda lagi?


Kalau mau jujur, sebagian besar dari kita pasti akan menjawab YA. Di awal dulu pun, saya juga demikian halnya. Takut, jika saya bicara yang sebenarnya, maka saya akan dijauhi teman. Khawatir, jika saya berterus-terang, nanti bisa berakibat saya menjadi orang menyebalkan.


Pada saatnya saya paham, ternyata jika saya mulai mengatakan segalanya dengan jelas dan terus terang, mereka tidak akan meninggalkan saya, tetapi justru menjadi semakin dekat, karena mereka mengetahui apa yang sebenarnya saya rasakan.


Penting untuk dipahami, bahwa kebanyakan orang merespons kebutuhan kita, jika kita mengatakannya. Kalau kita tidak terbuka dengan keinginan kita, maka orang lain akan merespons dengan informasi yang keliru. Jika terjadi kekeliruan dalam informasi, maka tentu saja dampaknya bisa membuat kita semuanya bingung, marah dan stress. Pahamilah, orang lain tidak bisa menebak apa yang kita butuhkan.


Oleh karena itu, kita perlu memberi isyarat yang jelas dan langsung, sehingga mereka pun tahu apa yang kita inginkan. Dan, kita juga harus mendorong orang lain, untuk memberi isyarat yang jelas dan terus terang, sehinga kita bisa mengetahui apa yang sebenarnya mereka butuhkan dari kita. Saya yakin, Anda pun akan berusaha untuk memperbaiki tindakan Anda, jika seseorang mengatakan dengan jelas apa yang dibutuhkannya, bukan? Nah, orang lain pun akan bersedia melakukan hal sama buat Anda.


Formulasikan apa yang ingin Anda katakan, sejelas dan sesingkat mungkin, sehingga mudah dipahami teman bicara Anda. (Sengaja saya katakan "teman bicara" bukan "lawan bicara", karena sangat bertolak belakang pengertian "teman" dan "lawan"). Nah, formulasi inilah yang saya maksudkan dengan KISS sebuah akronim Keep It Simple, Sweetie (bukan Keep It Simple, Stupid, beda rasanya bukan?). Katakan apa yang ingin Anda katakan...setelah itu diam lah, dan tetap tenang. Berilah kesempatan teman bicara Anda menanggapinya, jangan berusaha menebak-nebak apa yang dipikirkannya...itu nanti berakibat Anda bisa melontarkan "kata-kata bodoh" yang akan memperlemah pernyataan Anda sebelumnya.


Banyak orang merasa telah dianugerahi kemampuan untuk mengritik orang lain. Mereka ini tidak kesulitan mengekspresikan, mengatakan, dan memaksakan pendapatnya kepada orang lain. Mereka terkesan selalu marah pada kehidupan! Mereka akan mudah mengeluh jika sedikit saja mengalami hal yang menurutnya merugikannya. Jika Anda bertindak seperti mereka ini, maka itu justru akan membuat Anda kehilangan hubungan baik dengan teman-teman Anda, bahkan pekerjaan dan bisnis Anda.


Oleh sebab itu, kenalilah motivasi komunikasi Anda sebelumnya. Jika Anda merasa harus mengekspresikan komunikasi Anda, maka gunakan cara ini hanya untuk mengubah hal-hal yang bisa membuat hidup dan kehidupan Anda menjadi luar biasa prima, lebih sehat dan lebih baik.


Kalau Anda menginginkan perubahan, ungkapkan lah dengan jelas dan terus terang, apa yang Anda inginkan. Jangan menjadi orang yang suka membohongi perasaan sendiri. Akan tetapi Anda harus selalu memikirkan, apa yang ingin Anda katakan itu. Kemudian sampaikan keinginan Anda itu secara asertif dan jelas. Hindari untuk bertindak secara pasif atau agresif.



Salam Luar Biasa Prima!

Wuryanano

Thursday, April 10, 2008

KAKAKKOKKUKUKUKUKAKIKAKIKAKEKKAKAKKAKUKAKUKAK


Dear All,


Yaa... Anda tidak sedang membaca bahasa makhluk planet luar angkasa, pada judul posting artikel ini. Hahaha...saya pun tidak asal ketik begitu saja terhadap judul artikel ini. Judul artikel ini sebenarnya salah satu bentuk permainan humor, pada saat saya memberikan pelatihan mengenai "Komunikasi yang Efektif".


Meskipun saya tidak pernah belajar secara khusus bagaimana ilmu komunikasi itu, tetapi berdasarkan pengalaman hidup saya yang sudah jalan 44 tahun ini...saya tahu bagaimana cara berkomunikasi secara efektif. Saya selalu mempelajari segala sesuatu yang terjadi di sepanjang kehidupan saya ini, termasuk diantaranya adalah cara berkomunikasi yang baik dan efektif.


Entah disadari atau tidak, kebanyakan dari kita ini dalam menyampaikan sesuatu kepada orang lain kadang-kadang tidak mau mengerti...apakah orang penerima pesan itu mengerti atau tidak, dengan gaya penyampaian kita. Padahal makna komunikasi adalah apa yang kita informasikan kepada orang lain, itu semestinya bisa dimengerti dan dipahami sepenuhnya oleh si penerima informasi kita, ya kan?


Anda pasti ingin, sesuatu yang Anda sampaikan kepada orang lain, entah itu suami, istri, anak-anak, rekan kerja, atasan, pimpinan, bawahan, pegawai Anda...bisa dimengerti dan dipahami oleh mereka ini. Karena jika pesan yang Anda sampaikan tidak dimengerti dan tidak dipahami, maka pesan Anda itu akan menjadi bias artinya.


Sehingga itu membuat pesan Anda menjadi tidak efektif dan tidak berguna...dan itu sering bisa membuat Anda jengkel, marah, stress, dan berpikir bahwa si penerima pesan itu orangnya "telmi" alias "telat mikir"...hehehe... Bukankah begitu?


Nah, saya memberikan contoh sederhana saja, tentang gaya penyampaian pesan yang menyulitkan orang lain untuk bisa menangkapnya...apalagi memahaminya, sebagaimana kalimat seperti judul artikel saya ini.


KAKAKKOKKUKUKUKUKAKIKAKIKAKEKKAKAKKAKUKAKUKAK... coba kalimat tersebut Anda ucapkan cepat tanpa jeda sama sekali. Cobalah mengucapkannya sesuai tulisan saya itu. Sayang saya tidak bisa memberikan contoh pengucapannya, seperti saat saya memberikan pelatihan, karena ini kan saya ungkapkan dalam bahasa tulis. Tapi coba saja Anda membacanya sesuai tulisan saya saja ya. Bagaimana kedengarannya?


Kalau di ruang kelas pelatihan saya, kedengarannya seperti ini: hahahahahaha.... lho kok ketawa sih? Lha iya lah, karena para peserta pelatihan menjadi geli sekali, ketika saya meminta mereka untuk mengulangi apa yang barusan saya ucapkan. Mereka semua 100% tidak ada yang bisa mengulangi ucapan saya (padahal ada 45 orang lho) ...apalagi memahaminya, meskipun sampai saya ulang dua kali mengucapkannya. Tetap saja mereka menjawabnya dengan hahahahaha... ketawa lagi...ketawa lagi...


Memang contoh kalimat yang saya buat itu hanyalah sebagai penyegar suasana saja, guyonan gitu. Tetapi itu memiliki kekuatan pengingat bagi mereka, agar lebih bijak dan tepat pada saat berkomunikasi dengan orang lainnya. Lha dengan contoh kalimat sederhana seperti ini saja mereka tidak bisa menangkap dengan jelas, bagaimana nanti jika yang disampaikan adalah suatu informasi penting...yang harus bisa ditangkap, dimengerti dan dipahami oleh orang lain? Jelas itu bisa mengakibatkan dampak negatif yang tidak kita inginkan bukan?


Ok, saya ulangi kalimat contohnya dalam bahasa tulis ini: KAKAKKOKKUKUKUKUKAKIKAKIKAKEKKAKAKKAKUKAKUKAK... coba Anda mengulanginya lagi. Apakah Anda sudah bisa memahaminya? Saya yakin sebagian besar dari Anda sudah bisa menangkap arti kalimat yang seperti bahasa makhluk planet luar angkasa ini.


Kalimat tersebut, akan saya pisahkan sesuai pengertian sebenarnya sebagai berikut: KAKAK-KOK-KUKU-KUKU-KAKI-KAKI-KAKEK-KAKAK-KAKU-KAKU-KAK. Atau kalau menggunakan bahasa tulis yang lebih bagus seperti ini: "Kakak, kok kuku-kuku kaki-kaki Kakek Kakak, kaku-kaku, Kak?"


Nah, Anda bisa melihat, bagaimana sebuah informasi bisa menjadi efektif atau sebaliknya, membuat orang yang menerimanya menjadi bingung, tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan berkaitan dengan informasi yang diterimanya itu. Semuanya bergantung pada bagaimana cara penyampaiannya.


Kadangkala ada orang yang berbicara memberikan informasi yang isinya sebenarnya baik, tetapi jika cara bicaranya tidak bisa menyesuaikan dengan orang yang diajaknya berbicara, maka isi informasi yang baik itu bisa saja terbuang percuma...karena tidak dimengerti oleh si penerima informasi itu. Apalagi kalau informasinya disampaikan dengan gaya bicara yang super cepat, secepat kecepatan suara...waduuhh... It's useless...gitu. Semoga artikel ini useful...



Salam Luar Biasa Prima!

Wuryanano

Tuesday, April 8, 2008

Edukasi Pelanggan: Menghargai Perbedaan APEL dan JERUK.


Dear All,


Dalam sebuah proses bisnis, tentunya Anda dan Saya sangat memahami bahwa pasti dibutuhkan pelanggan atau "customer" untuk membeli produk-produk atau jasa bisnis kita itu. Pekerjaan kita adalah menjual produk-produk atau jasa itu, dan kita mengatur proses pertukaran bisnis. Kita juga memberikan NILAI kepada pelanggan, dan mereka memberikan UANG kepada kita.


Saya pikir, MEMBELI dan MENJUAL adalah menukar satu jenis NILAI dengan nilai lainnya. Dan, pertukaran itu seharusnya seimbang. Suatu NILAI yang kita berikan setidaknya harus SAMA atau bahkan LEBIH BESAR dibandingkan dengan UANG yang kita minta dari pelanggan kita. Jika pelanggan berpikir bahwa NILAI dari apa yang Anda tawarkan TIDAK SEIMBANG atau nilai itu LEBIH KECIL daripada uang yang Anda minta dari pelanggan, maka mereka pasti tidak akan membeli. Dan, biasanya mereka akan selalu minta, Turunkan Harga!


Penting dipahami di sini, sebenarnya yang kita jual itu bukan hanya NILAI AKTUAL, nilai yang kasat mata saja. Tetapi lebih ke arah NILAI YANG DIRASAKAN calon pembeli, sebuah nilai yang benar-benar penting. Inilah sebuah PERSEPSI pembeli. Meskipun persepsi ini adalah suatu opini subyektif, tetapi itu adalah opini calon pembeli yang PENTING, yang harus Anda perhatikan. Anda harus bisa menerima bahwa persepsi pembeli terhadap nilai MENENTUKAN semua pengambilan keputusan dan perilakunya terhadap pembelian produk atau jasa.


Ketika pelanggan dihadapkan pada keputusan membeli yang sangat penting...di saat mereka harus memilih mengenai apa yang harus dibeli, dan dari siapa produk atau jasa itu akan dibeli, maka... sekarang marilah kita alihkan perhatian kepada hubungan yang akan menghasilkan nilai yang dicari pelanggan, dengan cara mencermati 3 (tiga) variabel yang biasanya mereka pertimbangkan. Tiga variabel itu adalah: Perusahaan Anda, Orang-orang Anda, dan Solusi Produk atau Jasa Anda.



  1. Perusahaan Anda. Nilai apa yang dirasakan pelanggan saat melakukan bisnis dengan perusahaan Anda, yang berbeda dengan perasaannya saat berbisnis dengan perusahaan pesaing Anda? Apakah arti perbedaan ini penting bagi pelanggan? Hal apa sajakah dari perusahaan Anda yang sekiranya penting bagi pelanggan?

  2. Orang-orang Anda. Sumberdaya manusia menjadi faktor yang sangat penting. Tolong selesaikan kalimat berikut, dengan satu kata yang terlintas di benak Anda: "Pelanggan lebih sering membeli dari orang yang mereka________." Saya yakin bahwa kata yang Anda pikirkan adalah kata-kata seperti berikut ini: "suka", "kenal", atau "percaya". Inilah ungkapan kebenaran paling abadi dalam proses penjualan. Dan, berdasarkan pengalaman saya, RASA PEDULI dari orang-orang Anda, selain juga Anda sendiri saat ini merupakan KARAKTERISTIK PALING PENTING dari semuanya. KEPEDULIAN Anda secara TULUS kepada pelanggan itu akan memastikan bahwa pelanggan Anda mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkannya berkaitan dengan produk atau jasa yang mereka beli dari Anda. Inilah filosofi Strategi Kompetitif Utama dalam menggaet pelanggan yang loyal...yaitu rasa peduli yang tulus.

  3. Solusi Produk atau Jasa Anda. Beberapa karakteristik produk atau jasa Anda yang sekiranya dipertimbangkan oleh pelanggan, meliputi: kualitas, kecocokan fungsional (apakah produk atau jasa Anda berfungsi seperti harapan mereka), pelayanan tambahan, keuntungan teknis yang tidak ada di dalam produk atau pesaing Anda, dan biasanya juga pertimbangan harga produk atau jasa Anda.


Penting untuk dimengerti di sini adalah: Pelanggan memilih produk atau jasa dari perusahaan Anda tidak secara kebetulan; melainkan memilih dengan alasan jelas, bahwa apa yang mereka pilih tersebut pasti bernilai lebih.


Oleh karena itu, semestinya kita berusaha memahami apa yang menyebabkan pelanggan mau memilih produk atau jasa kita. Semakin mampu kita memahami cara berpikir pelanggan tentang nilai, semakin baik kita memosisikan diri untuk membantu mereka mendapatkan nilai yang mereka cari...dan semakin kuat pengaruh yang bisa kita tanamkan pada apa yang mereka pikirkan tentang produk atau jasa itu.


Ketika kita masuk ke pasar, tentu saja itu pasti melibatkan perusahaan kita, orang-orang kita, dan solusi produk atau jasa kita; yang mana unsur-unsur tersebut memiliki karakteristik unik yang membedakan kita dari para pesaing bisnis kita.


Nah, inilah maksud saya mengenai edukasi pelanggan, yang harus bisa menghargai perbedaan antara APEL dan JERUK...antara produk atau jasa Anda, yang dibandingkan dengan produk atau jasa dari pesaing Anda. Pelanggan yang mempertimbangkan atau melakukan penilaian terhadap lebih dari satu macam produk atau jasa...sering membicarakan keinginan mereka untuk membandingkan "apel" dan "jeruk".


Pelanggan secara terus menerus mencari ide-ide dan cara-cara baru untuk mencapai tujuan dan sasaran mereka. Anda selaku pebisnis harus ingat, bahwa Anda membawa lebih dari sekedar produk atau jasa untuk ditawarkan kepada mereka ini...para pelanggan Anda. Anda harus meyakini bahwa produk atau jasa yang Anda tawarkan kepada mereka, secara keseluruhan sungguh tidak ada duanya.


Jika Anda sudah belajar berkomunikasi dengan pelanggan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengungkapkan bagaimana pelanggan menerima dan merasakan nilai dan resiko; kemudian Anda memosisikan keseluruhan "paket" perusahaan Anda, orang-orang Anda, dan solusi Anda dalam konteks tersebut, maka TIDAK AKAN ADA PESAING yang mampu mendekati Anda. Dan, Anda akan melihat, betapa Anda tidak punya pesaing di bisnis Anda.


Oleh karena itu, saya sangat meyakini bahwa TIDAK ADA PERBANDINGAN SEPERTI APEL DAN JERUK, dan memang keduanya itu tidak bisa diperbandingkan. Meskipun pesaing bisnis Anda menjual produk atau jasa yang sangat mirip dan benar-benar sama dengan produk atau jasa yang Anda jual, maka percayalah bahwa perusahaan Anda dan orang-orang Anda lah yang mampu membuatnya berbeda. Oleh sebab itu, Anda harus membantu pelanggan untuk bisa menghargai perbedaan antara "apel" dan "jeruk".



Salam Luar Biasa Prima!

Wuryanano

Wednesday, April 2, 2008

Miliki LIABILITAS... Mengapa Tidak?


Dear All,


Sebagian besar dari kita, pasti sudah pernah baca tulisan Robert T. Kiyosaki, tentang teorinya yang memisahkan secara tegas antara ASET dan LIABILITAS. Bagi Kiyosaki, yang membedakan aset dan liabilitas adalah CASH FLOW atau aliran uang kas atau tunai.


ASET adalah harta yang memberikan aliran kas bagi tabungan kekayaan Anda, yang setiap saat membantu Anda meraih kesuksesan secara finansial. Yang dimaksud dengan aset, misalnya: rumah yang dikontrakkan, mobil yang disewakan, uang yang diinvestasikan, kekayaan intelektual yang memberi royalti, tanah yang dibudidayakan atau disewakan, atau kamar-kamar rumah yang untuk kos-kos an. Yaa, pokoknya segala sesuatu barang yang menghasilkan uang masuk kantong lah.


Sedangkan LIABILITAS adalah barang yang bisa menguras isi tabungan kekayaan Anda, dan mungkin bisa membuat Anda pailit, karena bisa membuat Anda mengeluarkan uang melulu. Yang dimaksud dengan liabilitas, misalnya: mobil pribadi, rumah pribadi, koleksi busana dan sepatu, televisi pribadi, handphone pribadi, komputer pribadi, kartu kredit Anda, keanggotaaan di Club Bergengsi. Pokoknya segala barang bersifat pribadi, yang tidak menghasilkan uang masuk kantong Anda, tapi Anda justru keluar uang karenanya.


Yaa, itulah teori kecerdasan finansial yang digulirkan Kiyosaki, dengan memisahkan ASET dan LIABILITAS. Sehingga itu terkesan bertentangan dengan teori akuntansi dan perpajakan, yang mana keduanya tersebut dimasukkan ke dalam kolom aset atau harta kekayaan.


Karena teorinya yang "melawan arus" inilah, nama Kiyosaki bisa cepat terkenal, meskipun banyak bukti yang mengatakan bahwa Robert T. Kiyosaki bukanlah seorang pengusaha sukses. Dia hanyalah seorang penulis buku laris. Jadi Kiyosaki ini memang memiliki kekuatan imajinasi bagus sehingga bisa menggulisrkan teori baru mengenai ASET dan LIABILITAS.


Sayang sekali, teorinya ini tidak didukung oleh teori dan kebijakan akuntansi dan perpajakan di seluruh dunia. Kalau Anda mengisi laporan akuntansi dan perpajakan pribadi Anda, tetap saja harus memasukkan ASET dan LIABILITAS milik Anda ke dalam kolom aset atau harta kekayaan...nggak boleh dipisahkan seperti teori Kiyosaki. Bisa jadi perkara nanti.


Saya sendiri, setelah kenal teori pemisahan antara ASET dan LIABILITAS ini, tentu saja saya coba melakukannya secara bijak, sesuai dengan pola hidup saya sebagai seorang entrepreneur.


Ada hal unik dan lucu menurut saya berkaitan dengan teori finansial si Kiyosaki ini. Beberapa rekan entrepreneur yang saya kenal, ternyata benar-benar menerapkan 100% teori pemisahan aset dan liabilitas ini. Mereka ini begitu cermat memakai teorinya Kiyosaki.


Bahkan ada diantara mereka ini yang berkata kepada saya yang intinya begini, "Buat apa kelihatan kaya dengan memiliki banyak liabilitas. Itu kan sebenarnya semu, kelihatannya banyak memiliki aset, padahal itu liabilitas. Kelihatan kaya raya, padahal sebenarnya miskin." Hehehe...saya hanya tersenyum di dalam hati, mendengar mereka ini.


Luar Biasa Prima! Pemikiran Kiyosaki benar-benar diserap olehnya 100%. Mereka ini selalu menanyakan kepada dirinya sendiri dengan pertanyaan ini, "Benarkah uangnya layak dikeluarkan?" Segala sesuatu yang dilakukannya, selalu dicermatinya, apakah itu aset atau liabilitas?


Apa yang terjadi kemudian di dalam kehidupannya? Sebagian rekan saya ini hidupnya menjadi tidak harmonis, menurut pandangan saya. Hidupnya terkesan jauh dari kebahagiaan. Padahal setahu saya, mereka ini juga seorang entrepreneur yang sudah berpenghasilan milyaran rupiah dalam satu tahunnya. Tetapi hidupnya terkesan sangat irit, dan sudah mengarah kepada sifat pelit, bahkan untuk dirinya sendiri dan keluarganya. Karena segala sesuatu pengeluaran selalu dihemat dengan sangat ketat, jika itu menurutnya sebagai liabilitas! MasyaAllah.


Coba saja Anda bayangkan, bagaimana mereka ini menghemat dengan sangat ketat, sampai-sampai sangat jarang membeli makanan ringan seperti kue camilan untuk anak dan keluarganya. Juga masih mikir-mikir jika mau beli perlengkapan rumah tangga, jika nggak terpaksa karena memang sudah rusak, sangat hemat dalam pemakaian listrik, sehingga rumahnya kelihatan suram, kalau ada tamu, sangat sulit menawarkan minuman. Bahkan mereka juga ada yang menyesal telah menyekolahkan anaknya ke sekolah mahal. Wah..wah..


Ketika saya coba menanyakan ke mereka ini, mengapa kok ngirit banget sih hidupnya. Mereka menjawab, kan yang penting tabungan banyak, punya investasi besar, tidak punya hutang, punya property banyak, dan banyak kekayaan tersembunyi lainnya. Buat apa kita mesti menunjukkan kekayaan kita dengan gaya hidup menyolok, padahal banyak hutang. Lebih baik sederhana seperti ini, tapi kan sebenarnya kami kaya raya, katanya. Hwakakakak... saya ketawa di dalam hati dan berkata, nyindir nih...


Yaa, beberapa rekan saya ini memang benar-benar sedapat mungkin menghindari yang namanya LIABILITAS...tapi menurut saya itu terlalu berlebihan, meskipun menurut dia dan beberapa orang lainnya ya masih wajar saja. Memang hidupnya senang yang model begituan.


Beda banget dengan saya. Saya selalu berusaha menikmati kehidupan ini secara bijak serta benar-benar bisa dinikmati dan nyaman, bagi saya, istri, dan anak-anak saya. Pokoknya kehidupan saya sekeluarga harus enak, menyenangkan, dan setiap harinya sangat membahagiakan. Perbaikan dan peningkatan kualitas kehidupan selalu saya lakukan secara kasat mata bisa dilihat jelas dengan mata telanjang, bahwa saya dan keluarga memiliki segala sesuatu yang mewakili kenyamanan dan kebahagiaan hidup.


Sebagian rekan saya, khususnya yang seperti tadi, berkomentar bahwa hidup saya terlalu konsumtif, terlalu banyak liabilitas yang saya miliki...hehehe... Saya hanya menjawab, bahwa memang hidup ini sebuah pilihan, dan saya memilih pola hidup seperti yang saya jalani beserta seluruh keluarga saya. Dan, saya beserta keluarga saya merasa enak, nyaman dan bahagia. Disamping itu, orang lain yang melihat saya juga menganggap saya orang yang sukses dan makmur sejahtera...itu saya anggap sebagai do'a buat saya.


Dampak positif lainnya, banyak yayasan sosial, yatim-piatu yang datang ke rumah saya meminta dukungan dana dari saya...ini saya anggap kepercayaaan Allah bagi saya, dan insyaAllah itu semakin membuat saya sukses lahir batin.


Dan, pada gilirannya... lingkungan saya sangat menghargai dan menghormati saya (meskipun saya nggak gila hormat) secara otomatis, yang mana itu tentu saja sangat berpengaruh bagi kehidupan saya. Saya jadi semakin disiplin menjaga segala tindak tanduk perilaku saya agar selalu positif dan kondusif...ini insyaAllah juga dapat pahala dari Allah SWT, sehingga saya dan keluarga saya semakin banyak rejeki dan barokah.


Nah, itulah tadi pola hidup saya, yang memiliki banyak liabilitas, menurut rekan-rekan saya penganut teori Kiyosaki ini.


Dengan memiliki banyak liabilitas yang tampak mata, maka tentu saja itu semakin membuat kehidupan saya beserta keluarga menjadi enak dan nyaman. Coba bandingkan dengan mereka yang nggak punya liabilitas, wah...pasti nggak enaklah hidupnya. Bisakah Anda hidup tanpa telepon, tanpa televisi, nggak ada listrik memadai, dll.


Bagi saya, dengan memiliki banyak liabilitas, maka saya justru sangat terpacu dengan semangat membara untuk menambah aset. Dan, aset saya ini bukan hanya yang bersifat duniawi, melainkan juga yang bersifat jangka panjang untuk kebutuhan akhir nanti di negeri akhirat.


Dan, saya juga sangat meyakini, bahwa aset saya untuk dunia akhirat nanti, juga pasti muncul di dunia ini. Dan memang begitu kenyataan yang saya dapatkan. Inilah yang tidak diajarkan Kiyosaki maupun pakar finansial dari negeri barat sana. Para pakar finansial ini, biasanya menyebut investasi untuk dunia akhirat juga sebagai liabilitas...hahaha... padahal menurut saya itu benar-benar aset yang mendatangkan kekayaan di dunia juga.


Nah, bagi saya memiliki banyak liabilitas sangat penting, siapa takut? Menurut saya punya banyak liabilitas itu penting, karena justru bisa memberikan semangat membara untuk berbuat lebih berguna dan lebih baik lagi bagi diri sendiri, keluarga maupun orang lain.


Memiliki liabilitas, mengapa tidak? Bagaimana dengan Anda?



Salam Luar Biasa Prima!

Wuryanano