Selamat Datang di Blog WURYANANO

Silakan Anda membaca Artikel di Blog ini dengan rileks, tidak perlu terburu-buru. Banyak Artikel menarik dan bermanfaat buat peningkatan kualitas hidup Anda.

Silakan Anda menuliskan komentar atau pendapat di masing-masing Artikel yang telah Anda baca. Pendapat Anda akan semakin menambah perspektif bagi kita semua.

Terima kasih atas kunjungan Anda di Blog Saya ini. Terima kasih sudah mau berbagi lewat komentar atau pendapat Anda di sini.


NOTES:

Blogspot Saya ini SUDAH TIDAK AKTIF sejak 5 Desember 2012. Tulisan Saya tentang Berita Kampus SWASTIKA PRIMA Entrepreneur College menerima Kunjungan dari Kementerian Pendidikan Malaysia adalah sebagai penutup untuk Blogspot ini. Untuk membaca TULISAN Saya, Anda dapat mengunjungi Blog Saya di PORTAL BISNIS INDONESIA.

Monday, April 14, 2008

Menghindari KONFLIK = Memendam PERASAAN?...SALAH


Dear All,


Pernah kah Anda berada dalam situasi, ketika seseorang mengatakan sesuatu yang membuat Anda marah atau sangat terganggu? Tetapi Anda berpikir, bahwa meladeni orang tersebut tidaklah perlu, dan Anda diam saja sambil menarik nafas panjang saja serta secara tidak sadar juga menggeretakkan gigi Anda. Itu namanya Anda sedang MEMENDAM PERASAAN. Yaa, Anda berusaha memendam perasaan Anda sebenarnya, meskipun itu membuat dada, ulu hati dan lambung Anda terasa sesak...mau pecah saja layaknya...hehehe...


Kebanyakan orang menganggap sikap Anda itu merupakan cara terbaik untuk menghindari terjadinya konflik...agar semuanya baik-baik saja, menjaga situasi aman terkendali... hahaha, kok seperti mau lebaran aja ya. Menurut Anda, apakah menyimpan rasa marah, dongkol itu bisa menyelesaikan masalah Anda, konflik Anda? Tentu saja TIDAK. Mungkin itu hanya terkesan penyelesaian SEMU saja, karena tidak terjadi konflik pada saat itu.


Nah, apa yang akan terjadi pada Anda, jika suatu saat situasi semacam ini terus berkembang? Saya yakin, bahwa suatu saat perasaan sebenarnya akan mencuat keluar, jika Anda tidak merespons dan tetap terus memendam perasaan itu di dalam pikiran dan hati Anda. Dan, akibatnya bisa diduga, perasaan-perasaan itu akan muncul dalam kehidupan Anda berupa ketegangan, kekhawatiran, stres, sakit perut, pusing, sulit tidur, diare, nyeri punggung, sering kencing, makan berlebihan atau sebaliknya malas makan, bahkan bisa sampai menyebabkan depresi kejiwaan...atau hanya sekedar muncul bisulan atau jerawatan...hwekekekek... Yang jelas, jika Anda tetap memendam perasaan berkecamuk di dalam diri Anda sendiri, maka pasti akan muncul aneka gangguan fisik pada diri Anda.


Sebenarnya, Anda bisa saja menghentikan kebiasaan memendam perasaan semacam itu. Caranya adalah Anda harus berusaha merespons perasaan Anda itu. Maksudnya, Anda harus mau mengekspresikan apa yang Anda rasakan, kapan pun situasi itu terjadi. Ini tidak berarti bahwa Anda harus mengungkapkan dengan cara yang agresif dan terang-terangan; melainkan Anda bisa menyampaikannya dengan kata-kata langsung dan jelas dengan bijak, sehingga apa yang sebenarnya Anda rasakan bisa terungkap.


Sangat penting bagi Anda untuk bisa mengungkapkan semua perasaan yang telah Anda pendam. Mungkin ini bagi sebagian orang masih merupakan hal yang dianggap TABU dan terkesan konfrontatif. Inilah kehidupan saat ini. Anda akan mengetahui betapa sebenarnya mudah saja dalam menjalani kehidupan, jika Anda sanggup mengungkapkan perasaan-perasaan Anda. Anda jelas menjadi lebih sehat dan semangat karena Anda berhasil merespons perasaan Anda sendiri dengan sangat jujur...dan tidak tetap memendamnya.


Berkaitan dengan itu, maka semestinya Anda memberikan isyarat yang jelas dan langsung agar orang lain mengetahui bagaimana Anda ingin diperlakukan. Anda harus menentukan batasan-batasan yang jelas dalam hidup Anda, sehingga Anda memiliki pertahanan diri untuk mencegah orang lain mencampuri kehidupan pribadi Anda. Jika Anda tidak membuat batasan-batasan, maka nantinya Anda akan bingung sendiri bagaimana mengatur waktu dan berbagai aspek kehidupan Anda lainnya...termasuk Anda akan sulit mengatur keuangan Anda.


Anda perlu menyadari bahwa identitas diri Anda dibangun berdasarkan pilihan-pilihan Anda sendiri dengan menetapkan batasan-batasan Anda dengan lingkungan di luar Anda. Batasan yang telah Anda tentukan ini adalah titik wilayah orang lain berakhir dan wilayah kekuasaan Anda dimulai. Jadi batasan-batasan ini merupakan garis wilayah pribadi yang memisahkan diri kita dengan orang lain.


Jika orang tidak memiliki garis batas wilayah pribadinya, maka orang ini akan tidak bisa mengatakan TIDAK dalam segala hal. Akibatnya, orang lain akan bisa memanfaatkan dia selama 24 sehari dalam kondisi apa pun! Mungkin saja batin orang semacam ini menderita, tetapi mereka ini tetap tidak bisa berkata TIDAK, jika diminta untuk melakukan sesuatu.


Mereka yang tidak menentukan batasan wilayah pribadinya ini sering merasa benci kepada dirinya sendiri, karena menerima permintaaan orang lain, padahal mereka tidak memiliki waktu lagi. Mereka ini juga sering merasa bersalah, dan malu karena bersedia melakukan sesuatu yang sesungguhnya tidak bisa mereka tangani.


Oleh sebab itu, hal pertama yang harus Anda lakukan jika ingin menentukan batasan wilayah pribadi Anda adalah dengan menghentikan kebiasaan menerima terlalu banyak tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas-tugas, kewajiban, dan kebutuhan orang lain...karena memang setiap orang selalu mempunyai kebutuhan!


Jika ada orang meminta Anda untuk melakukan sesuatu, periksalah lebih dulu tingkat kesediaan Anda. Kalau Anda merasa tidak nyaman dan enggan melakukannya, maka katakan saja, "Terima kasih atas kepercayaannya, tetapi mohon maaf saya tidak bisa mendukungnya, saya sedang ada hal lainnya yang harus saya lakukan segera." Saya pikir dengan cara ini, orang lain akan memahami kebutuhan Anda, dan ini sebuah cara yang sopan menolak dengan halus, daripada Anda hanya berkata, "Tidak!" Setelah berkata menolak dengan sopan tadi, diamlah dengan tetap tersenyum. Jangan memberikan penjelasan lainnya. Kemudian lihatlah, orang yang minta bantuan Anda akan terlihat memaklumi keadaan Anda, dan bisa menerima keputusan Anda dengan baik.


Begitu pula sebaliknya. Kita juga harus mau dan sanggup mengatakan YA, pada situasi yang memungkinkan kita memberi kesempatan kepada orang lain untuk membantu kita. Coba amati sekitar Anda. Anda akan melihat contohnya, yaitu ada sebagian orang yang selalu bersedia membantu orang lain bahkan orang yang tidak dikenal sekalipun.


Tetapi giliran mereka membutuhkan pertolongan, eeh... mereka lebih memilih diam saja dengan beban pikiran penderitaannya, alias lebih suka menderita sendirian daripada meminta orang lain agar membantunya. Jika ditanya, "Adakah masalah?" Selalu dijawab, "Ah nggak kok, kami baik-baik saja." Padahal saat itu kondisinya sudah kritis sekali. Saya juga tidak tahu alasannya tidak minta bantuan orang lain. Apakah itu alasan gengsi, takut ditolak, atau khawatir menyusahkan orang lainnya?


Apa pun alasannya, maka mereka ini termasuk orang yang tidak bisa berkata YA. Jika Anda berada dalam posisi yang sebenarnya harus dibantu orang lain, tetapi karena alasan tertentu Anda tidak mau meminta pertolongan. Dan Anda lebih senang menangani permasalahan Anda dengan mengerjakannya sendiri saja; serta tidak mengizinkan orang lain membantu Anda, maka itu sebenarnya Anda telah MERAMPAS kesempatan dan kepuasan orang lain untuk terlibat dalam kegiatan membantu Anda.


Penting juga untuk Anda mengerti di sini, bahwa sesungguhnya ada banyak sekali kepuasan batin dalam hal memberi dan melayani kebutuhan orang lain yang benar-benar membutuhkan dukungan serta bantuan kita.



Salam Luar Biasa Prima!

Wuryanano

7 comments:

Anonymous said...

Manusia yang handal adalah yang tidak dendam. Jelas dendam itu mirip kanker yang bisa melahirkan sel-2 penyakit baru. Kuncinya maaf, menjadi seorang pemaaf. Sebab semua manusia tidak ada yang luput dari kesalahan.

Saya senang melihat anak-anak yang bermain, mereka berkelahi, kadang saling ejek dan meledek, namun beberapa menit kemudian mereka sudah berangkulan lagi.

Hidup tanpa dendam, iri dan cemburu sangat enak, luwess, plooong.

Pakai saja prinsip EGP ( emang gue pikirin).

Hartati Nurwijaya in Megara - Greece
http://sumatra-bali-hartatinurwijaya.blogspot.com/
http://perkawinan-antarbangsa-loveshock.blogspot.com/

Anonymous said...

Saya setuju dengan tanggapan dari Bu Tati yang luar biasa prima...
Dendam, marah dan perasaan-perasaan negatif lainnya hanya akan menjadi vampire emosi kita, yang menyedot energi psikis kita tanpa kita sadari.

Lebih baik kita meniru akhlak Rasulullah Muhammad saw, yang menjadi orang yang paling pemaaf sepanjang sejarah umat manusia, dan lebih baik kita memperkuat perasaan berbaik sangka kita pada sesama musafir kehidupan; walaupun kita juga harus waspada.

Selamat berkarya mencerdaskan anak bangsa!

Agus Riyanto

yaya said...

Hahahaha..itu saya banget pak, gak bilang bilang tidak. Jd semua pekerjaan diterima, akhirnya suka multiple tasking gitu deeh..

Rahmat Fadli said...

ngansu kaweruh pak, udah lama nih gak nyambangi rumah pak nano, lagi sering di suruh beredar sama kantor.
thx artikelnya karena saya tipe orang yang paling nggak doyan dengan konflix jadi yaa begitu deh lebih sering mengalah, walaupun insya Allah juga nggak mendendam cuma males aja buang2 energi

Anonymous said...

Luar Biasa Prima, Bos.

Jujur, dulu saya adalah orang seperti itu. Saya lebih memilih memendam perasaan sehingga saya lebih sering sakit, kurus dan cenderung pendiam.

Dan ketika marah maka akan meledak sehingga sering menyakiti orang lain. Itulah mungkin ya ada istilah orang pendiam itu lebih berbahaya karena kediamannya kadang memupuk sifat dan sikap psikopat.

Sekarang, apalagi setelah mengenal cak Nano, pak Sopa, pak Hadi, pak Roni, pak Har dll saya lebih rileks. Lebih memilih mengungkapkan perasaan. Walau tetap ingin menghindari konflik tapi terbuka terhadap masukan dan dalam mengungkapkan pendapat lewat jalur yang sopan dan fair.

Artikel yang bermanfaat !

Wassaalam.

Eko June

Anonymous said...

wah... menarik ni...
artikel ini mirip saya banget :)

bukannya mau sok-sok'an,
tapi memang meneladani Rasulullah SAW sangatlah baik

mugkin beda orang beda persepsi ya..
saya selalu inget sama cerita dimana Rasul selalu di hina wanita buta namun Beliau tetep memberi makan kepadanya, hingga Rasul tutup usia..

terharu sekali, bila seluruh umat bisa begitu..

DAMAI :)

Anonymous said...

Salam dari malaysia :) mohon maaf saya menumpang tulis ya. Mungkin saja kita tidak ada keberanian maka kita memilih untuk memendam sahaja perasaan. Mungkin kerana ingin menjaga perasaan orang lain maka kita memilih untuk bersetuju walau hati kita menolak, semata-mata mahu menghindarkan konflik. Namun jika kita meluahkan perasaan hati dengan cara yang benar, saya rasa konflik dapat dihindari, sama ada konflik dengan orang lain atau konflik dalam diri sendiri.