Dear All,
Sebagian besar dari kita, pasti sudah pernah baca tulisan Robert T. Kiyosaki, tentang teorinya yang memisahkan secara tegas antara ASET dan LIABILITAS. Bagi Kiyosaki, yang membedakan aset dan liabilitas adalah CASH FLOW atau aliran uang kas atau tunai.
ASET adalah harta yang memberikan aliran kas bagi tabungan kekayaan Anda, yang setiap saat membantu Anda meraih kesuksesan secara finansial. Yang dimaksud dengan aset, misalnya: rumah yang dikontrakkan, mobil yang disewakan, uang yang diinvestasikan, kekayaan intelektual yang memberi royalti, tanah yang dibudidayakan atau disewakan, atau kamar-kamar rumah yang untuk kos-kos an. Yaa, pokoknya segala sesuatu barang yang menghasilkan uang masuk kantong lah.
Sedangkan LIABILITAS adalah barang yang bisa menguras isi tabungan kekayaan Anda, dan mungkin bisa membuat Anda pailit, karena bisa membuat Anda mengeluarkan uang melulu. Yang dimaksud dengan liabilitas, misalnya: mobil pribadi, rumah pribadi, koleksi busana dan sepatu, televisi pribadi, handphone pribadi, komputer pribadi, kartu kredit Anda, keanggotaaan di Club Bergengsi. Pokoknya segala barang bersifat pribadi, yang tidak menghasilkan uang masuk kantong Anda, tapi Anda justru keluar uang karenanya.
Yaa, itulah teori kecerdasan finansial yang digulirkan Kiyosaki, dengan memisahkan ASET dan LIABILITAS. Sehingga itu terkesan bertentangan dengan teori akuntansi dan perpajakan, yang mana keduanya tersebut dimasukkan ke dalam kolom aset atau harta kekayaan.
Karena teorinya yang "melawan arus" inilah, nama Kiyosaki bisa cepat terkenal, meskipun banyak bukti yang mengatakan bahwa Robert T. Kiyosaki bukanlah seorang pengusaha sukses. Dia hanyalah seorang penulis buku laris. Jadi Kiyosaki ini memang memiliki kekuatan imajinasi bagus sehingga bisa menggulisrkan teori baru mengenai ASET dan LIABILITAS.
Sayang sekali, teorinya ini tidak didukung oleh teori dan kebijakan akuntansi dan perpajakan di seluruh dunia. Kalau Anda mengisi laporan akuntansi dan perpajakan pribadi Anda, tetap saja harus memasukkan ASET dan LIABILITAS milik Anda ke dalam kolom aset atau harta kekayaan...nggak boleh dipisahkan seperti teori Kiyosaki. Bisa jadi perkara nanti.
Saya sendiri, setelah kenal teori pemisahan antara ASET dan LIABILITAS ini, tentu saja saya coba melakukannya secara bijak, sesuai dengan pola hidup saya sebagai seorang entrepreneur.
Ada hal unik dan lucu menurut saya berkaitan dengan teori finansial si Kiyosaki ini. Beberapa rekan entrepreneur yang saya kenal, ternyata benar-benar menerapkan 100% teori pemisahan aset dan liabilitas ini. Mereka ini begitu cermat memakai teorinya Kiyosaki.
Bahkan ada diantara mereka ini yang berkata kepada saya yang intinya begini, "Buat apa kelihatan kaya dengan memiliki banyak liabilitas. Itu kan sebenarnya semu, kelihatannya banyak memiliki aset, padahal itu liabilitas. Kelihatan kaya raya, padahal sebenarnya miskin." Hehehe...saya hanya tersenyum di dalam hati, mendengar mereka ini.
Luar Biasa Prima! Pemikiran Kiyosaki benar-benar diserap olehnya 100%. Mereka ini selalu menanyakan kepada dirinya sendiri dengan pertanyaan ini, "Benarkah uangnya layak dikeluarkan?" Segala sesuatu yang dilakukannya, selalu dicermatinya, apakah itu aset atau liabilitas?
Apa yang terjadi kemudian di dalam kehidupannya? Sebagian rekan saya ini hidupnya menjadi tidak harmonis, menurut pandangan saya. Hidupnya terkesan jauh dari kebahagiaan. Padahal setahu saya, mereka ini juga seorang entrepreneur yang sudah berpenghasilan milyaran rupiah dalam satu tahunnya. Tetapi hidupnya terkesan sangat irit, dan sudah mengarah kepada sifat pelit, bahkan untuk dirinya sendiri dan keluarganya. Karena segala sesuatu pengeluaran selalu dihemat dengan sangat ketat, jika itu menurutnya sebagai liabilitas! MasyaAllah.
Coba saja Anda bayangkan, bagaimana mereka ini menghemat dengan sangat ketat, sampai-sampai sangat jarang membeli makanan ringan seperti kue camilan untuk anak dan keluarganya. Juga masih mikir-mikir jika mau beli perlengkapan rumah tangga, jika nggak terpaksa karena memang sudah rusak, sangat hemat dalam pemakaian listrik, sehingga rumahnya kelihatan suram, kalau ada tamu, sangat sulit menawarkan minuman. Bahkan mereka juga ada yang menyesal telah menyekolahkan anaknya ke sekolah mahal. Wah..wah..
Ketika saya coba menanyakan ke mereka ini, mengapa kok ngirit banget sih hidupnya. Mereka menjawab, kan yang penting tabungan banyak, punya investasi besar, tidak punya hutang, punya property banyak, dan banyak kekayaan tersembunyi lainnya. Buat apa kita mesti menunjukkan kekayaan kita dengan gaya hidup menyolok, padahal banyak hutang. Lebih baik sederhana seperti ini, tapi kan sebenarnya kami kaya raya, katanya. Hwakakakak... saya ketawa di dalam hati dan berkata, nyindir nih...
Yaa, beberapa rekan saya ini memang benar-benar sedapat mungkin menghindari yang namanya LIABILITAS...tapi menurut saya itu terlalu berlebihan, meskipun menurut dia dan beberapa orang lainnya ya masih wajar saja. Memang hidupnya senang yang model begituan.
Beda banget dengan saya. Saya selalu berusaha menikmati kehidupan ini secara bijak serta benar-benar bisa dinikmati dan nyaman, bagi saya, istri, dan anak-anak saya. Pokoknya kehidupan saya sekeluarga harus enak, menyenangkan, dan setiap harinya sangat membahagiakan. Perbaikan dan peningkatan kualitas kehidupan selalu saya lakukan secara kasat mata bisa dilihat jelas dengan mata telanjang, bahwa saya dan keluarga memiliki segala sesuatu yang mewakili kenyamanan dan kebahagiaan hidup.
Sebagian rekan saya, khususnya yang seperti tadi, berkomentar bahwa hidup saya terlalu konsumtif, terlalu banyak liabilitas yang saya miliki...hehehe... Saya hanya menjawab, bahwa memang hidup ini sebuah pilihan, dan saya memilih pola hidup seperti yang saya jalani beserta seluruh keluarga saya. Dan, saya beserta keluarga saya merasa enak, nyaman dan bahagia. Disamping itu, orang lain yang melihat saya juga menganggap saya orang yang sukses dan makmur sejahtera...itu saya anggap sebagai do'a buat saya.
Dampak positif lainnya, banyak yayasan sosial, yatim-piatu yang datang ke rumah saya meminta dukungan dana dari saya...ini saya anggap kepercayaaan Allah bagi saya, dan insyaAllah itu semakin membuat saya sukses lahir batin.
Dan, pada gilirannya... lingkungan saya sangat menghargai dan menghormati saya (meskipun saya nggak gila hormat) secara otomatis, yang mana itu tentu saja sangat berpengaruh bagi kehidupan saya. Saya jadi semakin disiplin menjaga segala tindak tanduk perilaku saya agar selalu positif dan kondusif...ini insyaAllah juga dapat pahala dari Allah SWT, sehingga saya dan keluarga saya semakin banyak rejeki dan barokah.
Nah, itulah tadi pola hidup saya, yang memiliki banyak liabilitas, menurut rekan-rekan saya penganut teori Kiyosaki ini.
Dengan memiliki banyak liabilitas yang tampak mata, maka tentu saja itu semakin membuat kehidupan saya beserta keluarga menjadi enak dan nyaman. Coba bandingkan dengan mereka yang nggak punya liabilitas, wah...pasti nggak enaklah hidupnya. Bisakah Anda hidup tanpa telepon, tanpa televisi, nggak ada listrik memadai, dll.
Bagi saya, dengan memiliki banyak liabilitas, maka saya justru sangat terpacu dengan semangat membara untuk menambah aset. Dan, aset saya ini bukan hanya yang bersifat duniawi, melainkan juga yang bersifat jangka panjang untuk kebutuhan akhir nanti di negeri akhirat.
Dan, saya juga sangat meyakini, bahwa aset saya untuk dunia akhirat nanti, juga pasti muncul di dunia ini. Dan memang begitu kenyataan yang saya dapatkan. Inilah yang tidak diajarkan Kiyosaki maupun pakar finansial dari negeri barat sana. Para pakar finansial ini, biasanya menyebut investasi untuk dunia akhirat juga sebagai liabilitas...hahaha... padahal menurut saya itu benar-benar aset yang mendatangkan kekayaan di dunia juga.
Nah, bagi saya memiliki banyak liabilitas sangat penting, siapa takut? Menurut saya punya banyak liabilitas itu penting, karena justru bisa memberikan semangat membara untuk berbuat lebih berguna dan lebih baik lagi bagi diri sendiri, keluarga maupun orang lain.
Memiliki liabilitas, mengapa tidak? Bagaimana dengan Anda?
Salam Luar Biasa Prima!
Wuryanano