Selamat Datang di Blog WURYANANO

Silakan Anda membaca Artikel di Blog ini dengan rileks, tidak perlu terburu-buru. Banyak Artikel menarik dan bermanfaat buat peningkatan kualitas hidup Anda.

Silakan Anda menuliskan komentar atau pendapat di masing-masing Artikel yang telah Anda baca. Pendapat Anda akan semakin menambah perspektif bagi kita semua.

Terima kasih atas kunjungan Anda di Blog Saya ini. Terima kasih sudah mau berbagi lewat komentar atau pendapat Anda di sini.


NOTES:

Blogspot Saya ini SUDAH TIDAK AKTIF sejak 5 Desember 2012. Tulisan Saya tentang Berita Kampus SWASTIKA PRIMA Entrepreneur College menerima Kunjungan dari Kementerian Pendidikan Malaysia adalah sebagai penutup untuk Blogspot ini. Untuk membaca TULISAN Saya, Anda dapat mengunjungi Blog Saya di PORTAL BISNIS INDONESIA.

Wednesday, February 15, 2012

Mengelola PERSEPSI ... Menggeser PARADIGMA

Cara kita memandang dunia memengaruhi berbagai pengharapan kita. Cara pandang itulah yang bisa menciptakan prasangka dan mendistorsikan keyakinan kita, juga membuat kita memandang berbagai hal sebagai sesuatu yang tidak nyata. Cara pandang itu pula yang membuat kita sinis, skeptis. Tapi apa yang terjadi, seandainya pendapat itu keliru, dan kita tidak bisa membuktikannya lantaran selalu bertindak dengan sikap yang sama?

Banyak sikap turun-temurun yang membuat kita terkondisikan untuk menanggapi segala sesuatu secara historis, bukan fungsional. Ketika ditanya mengapa kita melakukannya dengan cara tertentu, kita cenderung menjawab "lantaran ini" atau "lantaran itu", BUKAN "agar kita bisa mencapai ini atau itu". Konsekuensi cara berpikir yang merusak ini adalah: kita cenderung memandang masa depan sebagai sekedar perpanjangan masa lalu. Kita cenderung menolak segala sesuatu yang tidak sesuai dengan cara berpikir kita yang telah ter-prakondisikan itu.


Karena merupakan evolusi berkesinambungan, maka segala kejadian di alam semesta ini selalu berada dalam atmosfer perubahan. Dunia selalu berubah, demikian pula cara kita memandang dunia -- bukan secara visual, melainkan secara PERSEPTIF. Yang konstan cuma Hukum dan Prinsip Alam Semesta, yang memberikan stabilitas dalam pertumbuhan dan perubahan. Maka, dengan memahami bagaimana hukum itu mengendalikan kita, dan menerapkannya pada diri kita masing-masing, kita bisa mengetahui bagaimana meraih hal-hal yang lebih besar, sukses, pencapaian, pertumbuhan, dan keseimbangan, semua hal yang menjadi dambaan kita.

Prinsip Alam Semesta penting bagi pemenuhan kehidupan, sebagaimana pentingnya prinsip gravitasi bagi kelangsungan hidup kita. Yang mengendalikan kehidupan, BUKAN Anda, justru prinsip-prinsip itulah yang melakukannya. Dan, derajat penyesuaian Anda dengan Hukum yang fundamental tersebut sebanding dengan kualitas kehidupan yang Anda terima. Dengan menetapkan nilai-nilai yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip itu, dan dengan mengkristalkannya ke dalam misi pribadi, Anda akan punya rasa memiliki dan kehendak. Anda akan menikmati stabilitas dan pertumbuhan dalam semua hubungan Anda dengan orang lain. Anda tak lagi mengalami perasaan kosong manakala berbagai sasaran Anda tercapai. Berbagai kreativitas dan ide inovatif yang memberikan pengaruh positif akan makin sering Anda dapatkan secara teratur. Anda juga akan merasa lebih berarti. Dan, Anda pun makin merasa serba terpenuhi, baik dalam hubungan pribadi maupun hubungan bisnis Anda; setelah prinsip tersebut diterapkan pada semua lingkup kehidupan Anda.

Pertama kali yang perlu dilakukan adalah memperhatikan cara kita masing-masing dalam memahami dunia. Kita memiliki kerangka acuan yang kita pakai untuk menginterpretasikan pengalaman. FILTER PERSEPTIF yang menyaring semua itu terkondisikan oleh diri kita sendiri, sampai-sampai kita cuma melihat apa yang memang kita ingin lihat. Proses pemahaman mencakup penggabungan potongan-potongan Jigsaw eksternal, menurut gambar jadi yang ada dalam diri kita -- berupa model atau kerangka acuan yang terbentuk dari berbagai memori, pengalaman, dan pengondisian yang telah lewat. Kita tidak memandang dunia dengan pasif, tapi kita menafsirkannya. Kita bereaksi terhadap berbagai situasi menurut "aturan-aturan" kita, yang seringkali penuh dengan prasangka, namun sesuai dengan pengharapan kita.

Sebagai ilustrasi atas poin ini, kita bayangkan seorang pemuda yang sedang mengendarai mobil di jalan raya, tiba-tiba di sebuah tikungan berpapasan dengan mobil lain yang hampir saja bertubrukan dengan mobilnya. Dan, pengemudi mobil lain itu membuka jendela mobilnya sambil berteriak, "Anjing, lu!" Lalu si pemuda itu marah sekali, cepat bereaksi membalas teriakan, "Babi, lu!" Si pemuda merasa gembira bisa membalas memaki pengemudi mobil lain itu. Begitu gembiranya, sehingga dia kehilangan kontrol di tikungan tersebut, dan menabrak orang yang kebetulan lewat di jalan itu.

Si pemuda bereaksi menurut aturannya sendiri. Dia tidak mempersoalkan akurasinya karena memang tidak peduli dengan itu. Demikian pula kita. Keyakinannya telah membentuk aturan-aturan yang menjadi instrumen untuk mengatur cara pandangnya terhadap dunia. Jika kerangka acuan kita tidak akurat, kita akan terus bereaksi dengan keras terhadap berbagai kehidupan dalam kehidupan kita; dan semua ide baru hanya akan bermuara pada "prasangka yang menyesakkan dada". FILTER PERSEPTIF itu secara dramatis memengaruhi cara kita berpikir, dan menilai dengan jalan memengaruhi PERSEPSI kita. Dalam istilah lebih ilmiah, itulah PARADIGMA yang meletakkan dasar berbagai sikap dan perilaku kita.

Thomas Kuhn, dalam bukunya The Structure of Scientific Revolutions, mengatakan bahwa PARADIGMA itu penting, karena menciptakan lensa yang kita gunakan untuk memandang dunia. Dan, kekuatan dalam PERUBAHAN PARADIGMA menjadi elemen penting dari perubahan besar yang kondusif bagi pertumbuhan. Secara efektif, PARADIGMA adalah MODEL, kerangka acuan atau PETA yang kita gunakan sebagai pedoman. Betapa besar kemajuan yang akan Anda capai dalam efektivitas diri Anda, seandainya Anda mau MEMBENAHI PARADIGMA Anda -- sumber perilaku dan sikap Anda yang sebenarnya.

Cara ini akan membuat Anda menanggapi perubahan secara proaktif, BUKAN reaktif, inilah yang diterima sebagai prasyarat pertumbuhan. Ide-ide baru senantiasa menyebabkan perubahan, senantiasa menimbulkan ketidakpastian, dan seringkali melibatkan lebih banyak hal. Tapi Mindset yang menganggap masa depan sebagai sekedar perpanjangan masa lalu, mesti ditata ulang. Mindset, alias sikap berpikir, adalah cara pikir dan cara pandang tertentu yang serimg kita gunakan; yang makin kuat ketika kita menyesuaikan penafsiran kita atas dunia ini dengan berbagai asumsi dan keyakinan kita.

Sikap dan perilaku kita adalah buah dari berbagai pengasumsian itu, sampai-sampai kita menyalahartikan cara pandang kita terhadap berbagai situasi tertentu SEBAGAI situasi itu sendiri. Kita mengasumsikan cara kita memandang segala sesuatu sebagai cara pandang yang umum.

Paradigma atau sikap berpikir yang tertanam dalam-dalam, membuat kita tidak siap menghadapi perubahan. Dengan mempelajari FILTER PARADIGMA untuk memandang dunia tersebut, kita bisa melihat berbagai ide dan kesempatan, yang sebelumnya kita abaikan. Semua paradigma atau model acuan -- yang tepat atau pun tidak -- membentuk dasar pijakan KEYAKINAN kita.

Jadi, setiap kali Anda mendapati diri Anda mengujarkan sesuatu yang berkesan tradisional, "ya beginilah yang terjadi di sini" atau "lakukan yang ini dulu saja", PATUT Anda pertanyakan, apakah Anda memang perlu membangun penghalang terhadap kesempatan seorang individu untuk memperbaiki sesuatu. Jika di lain waktu, Anda berpikir, "semuanya tak seperti yang dulu", pertanyakan, apakah Anda memang tengah menghadapi kemandegan paradigma.

"Masa lalu yang gemilang indah" atau "Masa depan yang lebih cerah", BUKAN milik Anda. Di sini, pada masa kinilah kehidupan Anda dijalani. Anda harus sadar, betapa dramatis pengaruh paradigma pada tindakan-tindakan Anda. Berpikir dengan cara baru, berarti mencari bidang pijakan yang baru, bukan bertentangan dengan pijakan yang lebih lama.

Seperti memegang ujung lain dari sebuah tongkat, proses yang mencakup "menyodorkan data-data yang sama dengan sebelumnya, tapi menempatkannya dalam suatu sistem relasi baru, di antara data-data itu, dengan memberikan kerangka kerja baru". Ini bisa disamakan dengan Gestalt Visual, yaitu sesuatu yang timbul, tatkala dua orang melihat gambar yang berbeda, padahal mereka sedang menatap satu lukisan yang sama. Bumi ini dihuni lebih dari 5 miliar orang, semuanya mempersepsikan berbagai hal lewat interpretasi mereka sendiri yang bersifat unik. Itu berarti ada lebih dari 5 miliar cara pandang di dunia ini. Jika satu kelompok melihat sesuatu, dan kelompok lain melihat sesuatu yang berbeda; apakah berarti salah satu kelompok itu salah?

Lihatlah karikatur profil  wanita berikut ini. Berapa umurnya? Bagaimana kecantikannya? Apalagi yang bisa Anda katakan mengenai gambar ini? Lalu bagaimana jika ada seseorang yang mengatakan hal berbeda mengenai gambar ini?


Bisa jadi, saat pertama kali Anda melihat gambar wanita ini, terlihat sebagai sosok wanita muda yang anggun, cantik mempesona dengan mengenakan topi indah di kepalanya dan ada kalung melilit di lehernya yang jangkung, dia berpose sedang menengok ke arah kanan. Dan, bagaimana ketika orang lain mengatakan kepada Anda, bahwa dia memandang gambar wanita ini sebagai sosok wanita tua dengan roman muka yang menunduk sedih? Jika Anda tidak bisa melihat gambar lainnya, Anda mulai menciptakan serangkaian opini tentang cara pandang orang tersebut, khususnya jika dia tidak bisa melihat apa yang Anda lihat. Rahang wanita cantik itu sebenarnya hidung bengkok seorang wanita tua, telinga wanita itu adalah mata yang menunduk sendu, dan kalung yang melilit leher wanita muda itu sebenarnya mulut yang setengah terbuka.

Maka, sekarang Anda pun bisa melihat kedua macam gambar wanita tersebut. Tetapi setiap kali Anda memandangnya lagi, gambar yang Anda lihat pertama kali adalah gambar wanita muda cantik jelita itu. Mengapa? Karena gambar wanita muda cantik jelita itulah yang PAS dengan instruksi yang disampaikan ke pikiran Anda sebelumnya.

Sebelum bisa melepaskan pengasumsian tanpa dasar terhadap orang lain, dan prasangka pada ide-ide baru, kita tidak akan mampu melakukan perbaikan yang langgeng pada hubungan antar pribadi atau pun organisasi kita. Secara aktif, kita menafsirkan dunia kita dengan memanfaatkan berbagai pengalaman dan data dari masa lalu, yang menjadi instrumen dalam proses berpikir kita. Dan, seringkali harga yang mesti kita bayarkan untuk mendapatkan pengalaman ADALAH terhambatnya perkembangan cara berpikir atau cara memandang dunia secara lebih baik dan menyenangkan.

Semoga kita bisa mengelola persepsi dan mampu menggeser paradigma untuk menjalani kehidupan kita secara lebih baik, lebih sehat, lebih sukses, lebih berkah, dan tentu saja lebih membahagiakan. Marilah kita mulai sekarang juga.


Salam Luar Biasa Prima!
Wuryanano
Twitter: @Wuryanano

No comments: