Saat saya baru mendirikan Lembaga Pendidikan Profesi SWASTIKA PRIMA Community College pada tahun 2000 silam, Bapak REKTOR Universitas NAROTAMA inilah yang memberikan motivasi dan bimbingan, bagaimana cara mengelola lembaga pendidikan secara benar dan jujur, tidak hanya memikirkan keuntungan belaka. Ini beliau tekankan, mengingat ada lembaga pendidikan yang kelihatan hanya bertujuan mengeruk keuntungan belaka dengan melakukan penipuan dan pembodohan masyarakat, dengan jalan menyebut lembaga pendidikannya tidak sesuai dengan perijinan awalnya, misalnya menyebut lembaga pendidikannya sebagai Politeknik namun aslinya ternyata BUKAN Politeknik beneran yang diijinkan oleh Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional.
Beliau yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua APTISI (Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta) Pusat maupun Wakil Ketua APTISI Wilayah VII Jawa Timur, sangat menyayangkan sikap pemilik lembaga pendidikan yang melakukan promosi penipuan pendidikan semacam itu... Bukan Politeknik, namun berpromosi memakai atribut Politeknik, dengan tujuan mengeruk keuntungan belaka dari masyarakat yang tidak paham model pendidikan. Sungguh sangat memprihatinkan!
Beliau menyatakan SALUT kepada SWASTIKA PRIMA, yang menggunakan sistem pendidikan model Community College, berbasis Entrepreneurship, dan Profesionalisme... yang mendidik siswa peserta programnya untuk menjadi Entrepreneur / Pengusaha atau menjadi Eksekutif Profesional Perusahaan. Inilah yang seharusnya dilihat dan dipahami oleh masyarakat, yang menginginkan anak-anak mereka melanjutkan pendidikan selepas dari bangku SMA / SMK / MA. Ada pilihan pendidikan siap kerja dan siap jadi pengusaha, yaitu di SWASTIKA PRIMA Entrepreneur Campus, yang menerapkan model pendidikan Community College seperti model pendidikan yang ada di Amerika Serikat.
Obrolan kami terus berlanjut mengenai belum adanya REGULASI yang jelas dari pemerintah negeri ini tentang pendidikan. Beliau juga menyoroti budi pekerti dan moralitas tinggi yang masih belum menunjukkan peningkatannya di dunia pendidikan negeri ini. Yah, termasuk penyalahgunaan istilah pendidikan tinggi seperti Politeknik, yang dipakai secara gelap oleh pemilik lembaga pendidikan tanpa ijin resmi dari Dirjen Dikti Kementerian Pendidikan Nasional. Untuk itu, pemerintah semestinya tegas terhadap pelaku pendidikan agar tidak ada penyalahgunaan istilah pendidikan tinggi yang menipu masyarakat. Tentang moralitas tinggi ini juga belum begitu kelihatan di kalangan birokrasi pendidikan, masih harus disadari secara bersama, bahwa mengelola dunia pendidikan harus punya moralitas tinggi yang didasari oleh rasa IKHLAS dan KOMITMEN.
Waw... kalau ditulis semuanya, obrolan kami bernostalgia ini mungkin bisa menjadi satu buku tebal ratusan halaman. Banyak sekali inspirasi saya peroleh dari obrolan dengan GURU saya ini, Bapak Djoko dan istri beliau, Ibu Yayuk. Tidak terasa sudah hampir 3 jam, kami berbincang-bincang penuh semangat dan inspirasi untuk melangkah lebih baik dan semakin baik di kedepannya nanti. Terima kasih Bapak REKTOR beserta Ibu, yang telah berkenan menerima silaturahmi muridmu ini. Semoga silaturahmi kita selalu memperoleh rahmat dan berkah dari ALLAH SWT. Amiin...
Salam Luar Biasa Prima!
1 comment:
bagus artikelnya
Post a Comment